Selasa, 25 Maret 2014

89,3 % REMAJA INDONESIA MEROKOK KARENA IKLAN


YOGYAKARTA (voa-islam.com) - Perokok setiap tahunnya selalu meningkat di Indonesia, terutama dikalangan remaja. Menurut survey kami di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 89,3 persen remaja Indonesia merokok karena melihat iklan. Baik itu di billboard, media cetak, elektronik ataupun televisi.

Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, dalam acara The International NGO Summit On The Prevention Of Drugs, Tobacco And Alcohol Abuse. Acara tersebut berlangsung digedung AR. Fachruddin B UMY, Selasa (4/2).

Prof. Tjandra menerangkan, jumlah perokok yang berpendidikan tinggi sekitar 21,5 persen, dan 23,3 persen berpendidikan rendah. 32,3 persen perokok tergolong miskin dan 24,3 persen perokok yang tergolong kaya. “Dapat dilihat, perokok itu adalah orang yang tidak berpendidikan tinggi dan tidak kaya. Melalui media dan publikasi, orang yang tidak berpendidikan akan mudah terpengaruh untuk merokok. Oleh sebab itulah media sangat berperan untuk pencerdasan anak bangsa,” terangnya.

Perwakilan World Health Organization (WHO) untuk Indonesia Dr. Kancit Limpakarnjanarat mengatakan hal yang sama. Menurutnya, media massa dan lembaga pendidikan turut berperan dalam menanggulangi masalah narkoba, rokok dan alkohol. “dengan adanya peran dari seluruh elemen masyarakat dunia, terutama media dan lembaga pendidikan. Masalah kesehatan, terutama masalah penyalahgunaan narkoba, rokok dan alcohol akan mudah diatasi,” ungkapnya.

Sedangkan Wakil Gubernur DIY Sri Paduka Paku Alam IX mengatakan, masalah kesehatan berarti masalah produktifitas dan berkaitan dengan kemajuan ekonomi suatu bangsa. Oleh sebab itu, kesehatan harus dijaga dan diberantas masalah yang mengganggu terhadap kesehatan itu. Seperti rokok, narkoba dan alkohol. “mari kita peduli akan masalah kesehatan kita. Karena kesehatan itu anugerah dari yang kuasa dan tidak ternilai harganya,” himbaunya. [Ahlul Amalsyah/Journalist UMY]

Catatan:
Dari survei Kemenkes RI tersebut, saya secara pribadi tidak sepenuhnya sependapat, karena porsi pengaruh tayangan iklan rokok hampir sama besar pengaruhnya yang disebabkan oleh pergaulan, lingkungan, dan contoh dari orang tua yang perokok.  Jadi, tanpa adanya iklan rokok tetap saja banyak remaja yang merokok karena hidup dan tinggal di sekitar lingkungan para perokok. Hal ini jauh lebih besar pengaruhnya dari pada iklan rokok tersebut.

Jadi, yang terpenting yang harus dilakukan oleh Pemerintah adalah terus melakukan edukasi akan bahaya merokok tidak hanya kepada para remaja, tetapi juga kepada seluruh lapisan masyarakat baik anak-anak, remaja, maupun orang tua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar