Kamis, 19 Desember 2013

CUKUP MENYISIHKAN SEBUTIR BERAS PER ORANG (PENGALAMAN NEGERI CHINA)


Beijing City

China yang sekarang muncul sebagai negara super power dahulunya pernah sangat miskin. Dengan jumlah penduduk yang berjumlah 1 miliar waktu itu bukanlah hal yang mudah bagi pemerintah China untuk meningkatkan kesejahteraaan rakyatnya. Hutang luar negeri dari negara sesama beraliran komunispun menjadi gantungannya, yaitu dari negara Uni Sovyet. Berikut ini kisah yang dikutip sebagiannya dari blog tribunners (Tribunnews.com).

Tembok Besar China

Alkisah, suatu hari terjadi selisih paham antara Mao Zedong (pemimpin China waktu itu) dengan pemimpin Uni Sovyet. Perselisihan menjadi panas sampai keluar statement dari pemimpin Uni Sovyet, "Sampai rakyat China harus berbagi 1 celana dalam untuk 2 orang pun, China tetap tidak akan mampu membayar hutangnya."
 
Ucapan yang sangat menyakiti perasaan rakyat China itu akhirnya disampaikan Mao Zedong kepada rakyatnya dengan menyiarkannya melalui siaran radio secara terus menerus dari pagi hingga malam ke seluruh penjuru China, dia juga mengajak seluruh rakyat China untuk bangkit dan melawan penghinaan tersebut dengan berkorban. 

Isi ajakan Mao Zedong kepada rakyatnya adalah dengan menyisihkan sebutir/butiran-butiran beras. Ya, hanya dengan menysisihkan butiran-butiran beras untuk setiap anggota keluarga pada setiap kali mereka akan memasak. Jika 1 rumah tangga terdiri dari 3 orang, maka cukup menyisihkan 3 butir beras saja.

Pada akhirnya, beras yang disisihkan dari 1 miliar penduduk China tersebut, terkumpul dan menghasilkan 1 miliar butir beras setiap harinya. Bisa dibayangkan jika hal itu dilakukan berbulan-bulan atau bahkan hingga setahun, hasilnya tentu sangat luar biasa.

Nah, hasil dari pengumpulan beras secara rutin tersebut disetor ke pemerintah China untuk dijual. Uangnya digunakan untuk membayar lunas semua hutang negara kepada Uni Sovyet yang telah menghina mereka. Akhirnya China berhasil melunasi hutang-hutangnya dalam waktu yang sangat cepat. 

Keterhinaan yang mendalam yang dirasakan tersebut telah membangkitkan rasa nasionalisme rakyat China untuk bangkit dan bersatu. Oleh karena itu, kisah ini bisa dijadikan contoh bagi bangsa lain yang tengah terpuruk dengan hutang-hutang yang menumpuk. 

Jangan mengabaikan hal-hal kecil yang justru bisa menjadi kekuatan besar dimasa depan. Semoga kisah ini dapat menjadi inspirasi dan memberi motivasi bagi pemimpin negara di dunia dan rakyatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar