Sesungguhnya Alloh Subhaanahu wa Ta’ala telah menciptakan insan dengan setiap
pernak-pernik dan problema. Termasuk ketentuan Alloh Subhaanahu wa Ta’ala pada hamba adalah menjadikan setiap
insan mengalami rasa risau dan galau. Ya, galau. Suatu kata yang sangat populer
di telinga kita.
Alloh Subahaanahu wa
Ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam
kesusahan.” (QS. Al Balad: 4).
Kata “al-insan” di sini maksudnya umum. Yakni mencakup
semua manusia tanpa kecuali. Ini dikarenakan adanya alif lam istighro lil jinsi, maknanya mencakup semua jenis umat manusia
tanpa pengecualian. Dalam ayat ini juga dikuatkan dengan menggunakan “fii
dorfiyyah“ yang menunjukkan makna “senantiasa”, yakni senantiasa tenggelam dalam kegalauan dan
kesusahan.
Maka, untukmu yang sedang galau… Jangan merasa seola-olah
hanya engkaulah satu-satunya orang yang merasakan galau. Semua manusia pasti
mengalami apa yang engkau alami.
NILAI-NILAI KEGALAUAN
Setelah kita tahu bahwa setiap manusia mengalami yang namanya
galau, kita juga harus tahu bahwa galau itu beragam. Secara garis besar, nilai
dari sebuah kegalauan itu ada dua, yaitu:
Galau Yang Mulia (Humumun ‘Aliyah). Ini adalah galaunya orang-orang pilihan. Galaunya
para nabi, para rasul, orang-orang shalih, ahlul ilmi dan ahlu ibadah. Para
nabi dan rasul juga galau, tapi galaunya karena melihat fenomena dakwahnya.
Mereka merasa sedih dan galau ketika ada yang menolak dakwah. Orang shalih dan
ulama galau melihat kondisi dakwah dan umat. Ahli ibadah galau karena takut
ibadahnya kurang, belum ikhlas, atau yang semisalnya. Kita bisa mengambil kisah
kegalauan mereka dari kisah asal-usul adzan. Maka lihatlah bagaimana Rosululloh shollalloohu ‘alaihi wa
sallam merasa galau dengan urusan mengumpulkan kaum muslimin ketika shalat. Dan
kegalauan dirasa manakala semua usulan tentang panggilan itu (maksudnya
bagaimana cara memanggil orang untuk sholat) tak berkenan di hati Rosululloh shollalloohu ‘alaihi wa sallam. Maka Alloh Subhaanahu wa Ta’ala obati kegalauan ini dengan syariat adzan.
Lihatlah bagaimana Rasul junjungan kita galau, cemas, dan resah. Akan tetapi
keresahannya adalah keresahan dan kegalauan dalam dakwah.
Galau Yang Merusak Ketenangan. Sebagian pihak banyak yang merasa galau dikarenakan
maksiat yang dia kerjakan. Kegalauannya merusak diri dan ketenangan hidupnya.
Jangan disangka ahli maksiat itu hepi-hepi saja dengan perasaannya. Maka, nilai
rasa galau yang seperti ini hanyalah merusak ketenangan batin saja.
Kebanyakan
manusia yang hidup di dunia ini. Dia galau karena permasalahan dunia yang
melanda pribadinya. Galau karena dipecat, galau karena merugi usahanya, galau
dan resah karena lamaran ditolak, atau kegalauan yang lain mengenai urusan
dunianya. Maka kegalauan ini perlu dibina agar menjadi sarana ketaatan dan
dijauhkan dari pintu-pintu menuju kerusakan hati dan jiwa.
Bukanlah esensi agama ini memberi petunjuk untuk
menghilangkan kegalauan duniawi. Ini hal yang mustahil, karena sifat galau
sudah tabiat. Tapi yang terpenting adalah bagaimana mengelola agar galaunya
bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya.
Terapi Galau Untuk saudaraku yang sedang galau…
Setelah kita tahu karakteristik dan nilai kegalauan,
maka butuh untuk kita kenali terapi kegalauan yang dibutuhkan. Tentu hanya
kegalauan pada poin 2 dan 3 yang butuh diterapi.
Kegalauan yang pertama harus tetap dipertahankan.
Untukmu yang dilanda galau karena maksiat, inilah
terapi yang anda butuhkan:
Taubat
dan istighfar
Perhatikanlah manakala Robbmu berfirman dalam Surat An-Nur ayat 31, “Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, hai orang-orang
yang beriman agar kamu beruntung.”
Maka hendaknya engkau lakukan taubat dari
kemaksiatanmu dengan taubat nasuha. Tinggalkan kemaksiatan yang menyempitkan
dadamu dan menyesallah dengan penyesalan yang dalam. Jangan kau ulangi dan
kalau perlu tutuplah semua pintu menuju ke sana. Gantilah hari yang kau isi
dengan maksiat dengan hari yang penuh ketaatan.
Bukankah Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman: “Hai orang-orang
yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang
semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu…”
(QS. At-Tahrim: 8)
Meningkatkan
Ketakwaan
Kegalauan hati yang kita alami terkadang menyempitkan
dada dan menimbulkan masalah yang berlarut-larut. Jika hatimu sedang tertimpa
rasa galau, maka obatilah dengan ketaqwaan. Lampiaskan kegalauanmu dengan
aktivitas ketaqwaan niscaya Alloh Subhaanahu wa Ta’ala akan memberimu ketenangan dalam
galaumu.
Alloh Subhaanahu wa
Ta’ala berjanji dalam firman-Nya : “Barang siapa
bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (QS.
Ath-Tholaq: 2)
Adapun pintu-pintu ketaqwaan sangat banyak. Maka
bersegeralah mengobati kegalauanmu dengannya.
Saudaraku yang sedang galau karena dunia yang
diusahakannya… Karena perniagaan yang memeras staminanya… Karena cintanya yang
mendera jiwa… Ataupun galau karena jodohnya belum jua tiba masanya… Atau karena
masalah dunia lainnya… Cobalah anda segera mengobatinya. Inilah terapi bagi yang galau karena dunianya…
Memperbanyak
dzikir kepada Allah Subhaanahu wa
Ta’ala
Alloh Subhaanahu wa
Ta’ala berfirman : “(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS.
Ar-Ro’du: 28)
Memperbanyak
sholat dan senantiasa sabar
Alloh Subhaanahu wa Ta’ala mengingatkan kita untuk menjadikan shalat
dan sabar sebagai penolong. Alloh Subhaanahu wa Ta’ala berfirman : “Hai
orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah Subhaanahu wa Ta’ala
beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqoroh: 153)
Ini pula yang diamalkan Rosulullooh shollalloohu ‘alaihi wa
sallam ketika gundah karena musibah. Beliau shollalloohu ‘alaihi wa
sallam mengerjakan shalat sunnah mutlak 2 raka’at.
Yakin dan
optimis bahwa setiap ujian dan kesedihan akan ada kemudahan yang
mengiringi.
Saudaraku, sesungguhnya Alloh Subhaanahu wa Ta’ala
menciptakan sesuatu senantiasa ada lawannya. Termasuk kesedihan dan kegalauan,
Alloh Subhaanahu wa Ta’ala
ciptakan lawannya berupa kesenangan dan kelapangan.
Alloh Subhaanahu wa
Ta’ala berfirman :
Artinya : “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan
itu ada kemudahan” (QS. Al-Insyiroh: 5)
Bahkan Alloh Subhaanahu wa Ta’ala sebutkan sebanyak dua kali bahwa
sesungguhnya dibalik kesulitan itu pasti ada kemudahan (tentu dengan tetap
sabar & tawakkal).
Maka optimislah, tetap semangat dalam ikhtiarmu.
Yakinlah, setiap masalah pasti ada akhirnya. Inilah janji Allah Subhaanahu wa Ta’ala, bahwa selalu ada dua kemudahan yang
mengapit sebuah kesulitan.
Dan sebagai penutup pembahasan ini, perlu ditekankan bahwa
terapi-terapi di atas butuh unsur-unsur penguat berupa:
- Istiqomah dalam ketaatannya
- Mencintai ilmu dan mengamalkannya.
- Memilih teman yang shalih
- Memilih idola dan panutan yang benar
Untuk semua saudaraku yang dilanda galau. Muhasabah (introspeksi) dan kenali karena apa kegalauanmu. Semoga bukan karena maksiat yang terjadi atasmu.
Lekaslah kau obati dan terapi agar tak berlarut larut menyiksa diri, dan agar galaumu menjadi washilah ridho
ilahi.
Akhirnya, kami berharap tulisan kami ini bermanfaat
bagi diri kami dan kaum muslimin. Walloohu a’lam bisshowaab….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar