Ketika
saya membeli makan siang di salah satu tempat makan Vegetarian di seberang
jalan tempat saya bekerja, saya melihat sebuah artikel tertempel di lemari kaca
tempat sayur dihidangkan. Artikel tersebut menceritakan betapa berharganya sebutir nasi. Demikian
kurang lebih isi artikelnya.
Berapa
banyak nasi yang terbuang dalam satu hari?
Jumlah
penduduk Indonesia 250.000.000 orang. Jika
dalam 1 hari, setiap orang makan 3 kali, dan sekali makan setiap orang membuang 1 butir nasi saja, berarti
setiap hari ada 3 butir nasi yang dibuang oleh setiap orang. Maka 3
butir x 250.000.000 = 750.000.000 butir nasi terbuang setiap hari. Itupun jika
hanya membuang 1
butir nasi setiap kali makan.
Dalam
1 kg beras terdapat 50.000 butir, maka 750.000.000 : 50.000 =
15.000 kg (sama dengan 15 ton beras) yang dibuang setiap hari. Jika 1 kg beras cukup untuk memenuhi
makan 10 orang, maka 15
ton beras x 10 orang
sama dengan cukup untuk memenuhi makan 150.000 orang. Artinya beras yang
terbuang setiap hari
di Indonesia sebenarnya bisa untuk memberi makan 150.000 orang.
Jika
seluruh penduduk dunia yang berjumlah 6,5 milyar, dengan setiap orang membuang
3 butir nasi saja per hari, maka 1 hari nasi yang terbuang adalah 390.000 kg (390 ton) sama dengan
cukup untuk memberi makan 3.900.000 orang.
Ironisnya
menurut data FAO PBB, setiap hari ada 40.000 orang mati akibat kelaparan di
dunia. Analoginya jika rakyat Indonesia saja yang menyumbangkan 1 butir beras setiap
kali makan, bukan saja tidak ada orang kelaparan di Indonesia, tetapi juga di dunia.
Ada
artikel lain yang memiliki cerita yang mirip dengan cerita di atas. Cina yang
sekarang muncul sebagai negara super power, dahulunya pernah menjadi negara
yang sangat miskin. Dengan jumlah penduduk yang berjumlah 1 milyar kala itu,
bukanlah hal yang mudah bagi
pemerintah China untuk menyejahterakan rakyatnya. Hutang luar
negeri dari negara tetangga terdekat pun menjadi gantungan, yaitu Uni Soviet.
Alkisah… suatu hari
terjadi perselisihan paham antara Mao Ze Dong, pemimpin Cina era itu,
dengan pemimpin Uni Soviet. Perselisihan begitu panas sampai keluar sebuah pernyataan
dari pemimpin Uni Soviet, “Sampai rakyat China harus berbagi 1 celana dalam untuk 2 orang
pun, China tetap tidak akan mampu membayar hutangnya”.
Ucapan
yang sangat menyinggung perasaan rakyat China itupun
disampaikan Mao kepada rakyatnya dengan cara menyiarkannya lewat siaran radio. Penghinaan dari pemimpin Uni Soviet itu
secara terus menerus disiarkan
dari pagi hingga malam ke seluruh negeri sambil mengajak segenap
rakyat China untuk bangkit dan melawan penghinaan tersebut dengan cara
berkorban.
Ajakan
Mao kepada rakyatnya adalah menyisihkan 1 butir beras. Ya.. hanya 1 butir beras untuk setiap anggota keluarga,
setiap kali mereka akan memasak.
Jika
1 rumah tangga terdiri dari 3 orang maka cukup sisihkan 3 butir
beras. Beras yang disisihkan dari 1 Milyar penduduk Cina tersebut, tidak
dikorupsi tentunya, akan menghasilkan 1 milyar butir beras setiap hari. Hasilnya
dikumpulkan ke pemerintah untuk dijual. Uangnya digunakan untuk
membayar hutang kepada negara pemberi hutang yang telah menghina mereka.
Akhirnya, China berhasil
melunasi hutang mereka ke Uni Soviet dalam
waktu yang sangat cepat.
Keterhinaan
yang mendalam telah membangkitkan rasa nasionalisme China untuk
bangkit melawan hinaan tersebut dengan tindakan nyata, bukan hanya sekedar tindakan
seremonial, pidato,
dan upacara di stadion besar. China sebenarnya negara kaya, hanya saja
politik tertutup yang membuat China tertinggal dari negara di kawasan itu misal Jepang, Korea dan Rusia. Mao Zedong mengajarkan
komunisme dengan basis petani agar Jutaan penduduk bisa makan dengan kenyang, dan sejarah telah
membuktikan bahwa di China tidak ada
pemberontakan karena kelaparan.
Paradigma
China menjadi bergeser setelah kebijakan Mao Zedong yaitu banyak
warga China yang merantau dan mendapat pendidikan sehingga mereka melek
yang namanya “demokrasi atau keterbukaan”. Inilah
yang mendasari Tiananmen.
NEGARA TETANGGANYA RUSIA
Rusia
pada dasarnya negara miskin. Hanya saja karena perang dingin membuat mereka
akhirnya terlihat
maju. Dengan perestroika dan glasnotz begitu saja USSR pecah menjadi
negara-negara Balkan. Sistem
komunis dengan dasar buruh sangat rentan terhadap pergolakan politik.
Contohnya Polandia dengan Lech
Wolenska.
Roshov
pernah mengatakan (ini bahasa satire saya) : “Rusia itu besar,
seperti beruang kutub. Tapi sekali hibernasi dia akan tidur, entah kapan akan bangun lagi,
sementara China terus berkembang dan pemerintahnya hanya dengan sistem monopolistik bisa meruntuhkan
semua hegemoni yang berlangsung di Amerika (sistem demokrasi), Inggris (sistem Kerajaan), atau Timur
Tengah (sistem Kerajaan)”.
Banyak
orang meramalkan bahwa China akan mengalami bubble ekonomi, tapi ternyata yang mengalami guncangan ekonomi
justru Amerika dan Eropa. Termasuk Islandia, Yunani dan Italia.
Ekonomi mereka terus digerogoti. Ujung-ujungnya IMF.
Beberapa
minggu yang lalu, seorang wartawan dari Jurnas, pernah tanya ke saya, “Kenapa China terus membangun infrastruktur? sementara di belahan bumi yang lain
banyak negara mulai menunjukkan ekonomi mereka yang rontok”.
Saya
jawab, “Bagaimana akan rontok ekonomi China, Lha wong yang
makan saja
setiap hari harus 3 x 1 Milyar orang. Artinya seberapa besar ekonomi yang
dipunyai China, maka tiap pagi kita masih akan melihat pria-wanita China selalu pergi ke kedai mie untuk sarapan pagi
dan tepat
jam 8 mereka sudah ada di kantor masing-masing” (Guilin,
2009).
Author : erwin_y
Share the happiness sumber: Sephy Lavianto aviist@yahoo.com di posting di milis prasetiyamulya 29 Agustus 2011. Semoga bermanfaat Terima kasih.
(DI EDIT SEPERLUNYA TANPA MENGUBAH ESENSI ARTIKEL ASLI)
Izin share
BalasHapusSilahkan
BalasHapus