Minggu, 12 Januari 2014

KATAKAN YANG BENAR WALAUPUN PAHIT

Khalifah Al-Mansur, keturunan Abbasyiyah, pada suatu hari mendengar laporan bahwa ada seseorang yang menerima titipan dan menyimpan harta serta senjata Bani Umayyah, yang merupakan musuh bebuyutan Bani Abbasyiyah. Khalifah mendengar berita itu, dan ia memerintahkan agar harta dan senjata tersebut disita karena dikhawatirkan akan dipergunakan untuk menyerang kembali Bani Abbasyiyah. Kemudian Khalifah memerintahkan pengawalnya untuk menangkap orang tersebut  agar diperiksa dan disidik. Setelah tertangkap, Khalifah bertanya.

“Kami sudah mengetahui segalanya, sebaiknya Anda mengaku saja. Apakah benar Anda telah menerima titipan harta dan senjata dari Bani Umayyah? Sekarang serahkan padaku!”

Orang tua itu menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, apakah Tuan ahli warisnya Bani Umayyah sehingga meminta harta itu?”
“Bukan!” jawab Khalifah.

“Dan apakah Tuan menerima wasiat dari Bani Umayyah agar harta Bani Umayyah itu diwariskan kepada Tuan?” tanya orang tua itu.
“Bukan!” jawab Khalifah.

“Kalau demikian, kenapa Khalifah meminta harta Bani Umayyah?” tanya orang tua itu.

Khalifah tidak menyangka kalau orang tua itu begitu tegas. Lalu Khalifah berpikir sejenak, kemudian menjawab, “Bani Umayyah adalah penindas manusia. Mereka senantiasa merampas harta rakyat, karena itu hartanya harus aku sita untuk dimasukkan keperbendaharaan Negara”.

“Agar apa yang Khalifah tuduhkan itu benar, Khalifah harus membuktikan dulu harta Bani Umayyah itu memang benar ada padaku. Dan buktikan juga kalau harta Bani Umayyah itu adalah hasil rampokan rakyat” kata orang tua itu.

Khalifah berpikir bahwa orang tua itu telah berkata benar, dan kemudian Khalifah memanggil menterinya. “Hai Rabi, orang tua ini telah berkata benar, kita harus membebaskannya”.

“Baiklah, Anda bebas sekarang. Sebelum pergi, Anda boleh meminta apa saja yang Anda inginkan” kata Khalifah kepada orang tua itu.

“Aku ingin meminta sesuatu kepada Khalifah, aku ingin bertemu dengan orang yang telah memfitnah dan mencatut namaku dihadapan Khalifah. Demi Alloh, aku tidak pernah menyimpan harta dan senjata Bani Umayyah” kata orang tua tersebut.

Khalifah pun terkejut, bahwa selama ini ia telah menerima laporan palsu. Kemudian Khalifah memerintahkan untuk memanggil orang yang telah memfitnah orang tua tersebut. Lalu Khalifah berkata, “Wahai Pak Tua, aku kagum atas keberanianmu berbicara. Apa yang mendorongmu untuk berani bicara tegas dihadapanku”.

“Ketika Khalifah memanggilku, aku tak takut karena aku tak pernah merasa bersalah dan aku tahu bahwa Khalifah akan tetap berlaku adil terhadap orang yang berani bicara benar dihadapannya. Sebab, Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda: ”Katakanlah kebenaran sekalipun pahit, dan aku hanya takut kepada Alloh jawab orang tua tersebut.

Di saat orang tua itu melihat siapa orang yang telah memfitnah dirinya, maka dia segera tahu bahwa pemfitnah tersebut adalah bekas pembantunya sendiri yang telah di usir karena ketahuan mencuri uang sebesar 500 dinar. Orang tua itu geram. Namun, kegeramannya itu tidak diperlihatkan. Pemfitnah itupun segera meminta maaf kepada Khalifah dan orang tua tersebut serta berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatannya.

Khalifah bertanya kepada orang tua, “Apa yang anda inginkan untuk kami lakukan terhadap orang ini?”
Orang tua itu menjawab, “Wahai Khalifah, aku telah merelakan uangku yang dicurinya demi engkau”

Akhirnya, Khalifah pun membebaskan bekas pembantu yang telah mencuri dan memfitnah tersebut. Khalifah pun mengagumi kemurahan hati dan sikap lapang dada Pak Tua tersebut. 

Sumber: Faqih Fadillah dalam Kisah & Hikmah, SKJ 208 Oktober 1998 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar