Senin, 14 April 2014

ARAB SAUDI BAHAS MODEL SUKSES KEUANGAN SYARIAH GLOBAL

Realita di dunia saat ini terjadi perlambatan ekonomi global dalam beberapa tahun terakhir pada dasarnya bisa membuka mata sebagian negara maju untuk mengadopsi sistem keuangan syariah yang telah mampu melawan krisis ekonomi global dunia pada tahun 2008. Keuangan syariah saat ini telah mejadi sorotan dunia dimana Kerajaan Arab Saudi juga tengah mengalami pertumbuhan yang sangat cepat dalam keuangan syariah itu sendiri baik dalam industri perbankan syariah, asuransi syariah, Sukuk maupun lembaga keuangan syariah lain yang menawarkan sistem berdasarkan kepada Al Quran dan As Sunnah ini.

Kerajaan Arab Saudi dinilai bisa menjadi panutan bagi negara Islam maupun non-Islam untuk mengadopsi sistem ini, sehingga perlu adanya kesiapan dari kerajaan sendiri baik dari regulasi, akademisi maupunpraktisi. Hal tersebut menjadi perbincangan para panelis dalam sesi terakhir The Jeddah Economic Forum 2011 yang diselenggarakan di Jeddah.

Saleh Kamel selaku Ketua Kamar Dagang dan Industri Jeddah mengungkapkan bahwa ekonomi islam tidak pernah diperlakukan dengan adil, terbukti dengan masih sulitnya menemukan instansi pendidikan baik sekolah maupun universitas yang membahas mengenai sistem ekonomi Islami ini.

“Pengalaman sepanjang 38 tahun bank syariah beroperasi di Kerajaan masih kesulitan dalam menemukan ahli sehingga terjadi kendala yang menunda ekspansi di seluruh dunia,” ungkap Kamel sebagai panelis Kingdom : Role Model For Islamic Finance di Jeddah seperti dikutip dalam laman Arab News, Selasa (22/3)

Kamel juga mengungkapkan bahwa perlu adanya ulama dan ahli sehingga semua ketentuan dan peraturan yang terkait dnegan keuangan syariah dan perbankan terintegrasi dan tidak mengakibatkan adanya interpretasi sendiri baik dari individu dan lembaga. Arab Saudi yang telah memiliki asset keuangan sekitar $ 1 Triliun bisa mencapai $ 4 Triliun di tahun 2020 perlu kesiapan dan diperlukan juga kesiapan dewan pengawas syariah dalam mengatur kontrol,tegasnya.

Selain itu Abdullah S. Al-Rajhi selaku CEO Al-Rajhi Bank juga mengatakan bahwa tantangan kurangnya kerangka kelembagaan, perluasan pasar dan kesulitan dalam mengelola likuiditas jangka pendek perlu menjadi sorotan Kerajaan.

“Setiap bank syariah memiliki dewan syariah sendiri. Itulah sebabnya ada kontradiksi dalam jumlah produk syariah, yang mengurangi kepercayaan pelanggan. Jadi, kita harus menyatukan parameter syariah, yang sekarang jumlah lebih dari 40,” tegasnya.

Semua transaksi perbankan yang diterapkan oleh Kerajaan Arab Saudi saat ini hampir semua syariah sehingga perlu penyatuan dewan syariah yang akan mendorong perekonomian Saudi di tahun-tahun mendatang, tambahnya.

Kemudian Abdulkarim Al-Nasr selaku CEO National Commercial Bank juga mengungkapkan bahwa krisis global telah membuat perbankan syariah lebih relevan terbukti dengan perkembangan industri ini dan tidak hanya di negara Islam.

“Di Kerajaan Arab Saudi sendiri hampir 95% dari aktivitas perbankan individu menggunakan layanan bank syariah dan mereka mewakili 30% dari seluruh asset perbankan,” jelas Al Nasr dalam panelis tersebut. Begutu juga dalam layanan Usaha Kecil dan Menengah melalui Program Kafalah telah menunjukkan hasil yang juga sangat bagus dengan capaian lebih dari SR 1 Milyar.

“Masa depan produk keuangan syariah tergantung pada kesesuaiannya dengan peraturan syariah dan ini merupakan faktor fundamental bagi kesuksesan keuangan syariah di Kerajaan Arab dan menjadi panutan bagi keuangan global” ungkap Humayon Dar selaku Managing Director BMB Syariah mengakhiri.

Sumber : IBnews Eramuslim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar