Ketergantungan dan Berhenti Merokok
Semua produk tembakau bersifat menimbulkan ketergantungan, dan dapat sangat sulit untuk berhenti merokok atau berhenti menggunakan produk tembakau lainnya.
Otoritas kesehatan masyarakat seperti Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization, WHO), U.S. Surgeon General, serta U.K. Royal College of Physicians, menyimpulkan bahwa komponen dalam tembakau yang menimbulkan ketergantungan adalah nikotin.
Namun penting untuk diketahui bahwa jutaan orang telah berhasil berhenti merokok.
Perokok yang ingin berhenti harus memperoleh informasi yang benar tentang cara berhenti merokok. Kami setuju dengan otoritas kesehatan masyarakat bahwa penghentian merokok harus merupakan fokus tak terpisahkan dari kebijakan tembakau yang menyeluruh.
Dalam hal itu, Ayat 14 dari Konvensi Kerangka kerja Pengendalian Tembakau (Framework Convention on Tobacco Control, FCTC) menyarankan agar negara-negara "menerapkan tindakan efektif untuk mendorong penghentian penggunaan tembakau dan perlakuan yang memadai atas ketergantungan terhadap tembakau.”
Asap Rokok Sekunder
Asap rokok sekunder (secondhand smoke), juga dikenal sebagai asap tembakau lingkungan (environmental tobacco smoke, ETS), adalah kombinasi asap yang keluar dari ujung rokok yang menyala serta asap yang dikeluarkan perokok.
Petugas kesehatan masyarakat menyimpulkan bahwa asap rokok sekunder menyebabkan penyakit, termasuk kanker paru dan penyakit jantung, pada orang dewasa non-perokok, serta kondisi pada anak-anak seperti asma, infeksi saluran napas, batuk, suara mendengik, otitis media (infeksi telinga tengah) serta sindrom kematian bayi mendadak. Selain itu, petugas kesehatan masyarakat menyimpulkan bahwa asap rokok sekunder dapat memperparah asma dan menyebabkan iritasi mata, tenggorokan dan hidung.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization, WHO) menyediakan informasi pada situs webnya yang menyatakan bahwa asap rokok sekunder berbahaya bagi kesehatan dan menyebabkan kanker, penyakit jantung, serta banyak penyakit serius lainnya pada orang dewasa.
Sebagaimana efek kesehatan akibat kegiatan merokok, masyarakat harus diberi tahu tentang kesimpulan para petugas kesehatan masyarakat tentang risiko kesehatan yang ditimbulkan asap rokok sekunder. Masyarakat harus dipandu oleh kesimpulan ini dalam menentukan apakah akan berada di tempat-tempat di mana ada asap rokok sekunder, atau, jika mereka perokok, kapan dan di mana mereka boleh merokok jika ada orang lain di sekitarnya. Perokok tidak boleh merokok di sekitar anak-anak atau wanita hamil.
Petugas kesehatan masyarakat menyimpulkan bahwa asap rokok sekunder menyebabkan penyakit, termasuk kanker paru dan penyakit jantung, pada orang dewasa non-perokok, serta kondisi pada anak-anak seperti asma, infeksi saluran napas, batuk, suara mendengik, otitis media (infeksi telinga tengah) serta sindrom kematian bayi mendadak. Selain itu, petugas kesehatan masyarakat menyimpulkan bahwa asap rokok sekunder dapat memperparah asma dan menyebabkan iritasi mata, tenggorokan dan hidung.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization, WHO) menyediakan informasi pada situs webnya yang menyatakan bahwa asap rokok sekunder berbahaya bagi kesehatan dan menyebabkan kanker, penyakit jantung, serta banyak penyakit serius lainnya pada orang dewasa.
Sebagaimana efek kesehatan akibat kegiatan merokok, masyarakat harus diberi tahu tentang kesimpulan para petugas kesehatan masyarakat tentang risiko kesehatan yang ditimbulkan asap rokok sekunder. Masyarakat harus dipandu oleh kesimpulan ini dalam menentukan apakah akan berada di tempat-tempat di mana ada asap rokok sekunder, atau, jika mereka perokok, kapan dan di mana mereka boleh merokok jika ada orang lain di sekitarnya. Perokok tidak boleh merokok di sekitar anak-anak atau wanita hamil.
Merokok dan Kehamilan
Wanita hamil tidak boleh merokok. Menurut U.S. Surgeon General , wanita yang merokok sebelum atau selama hamil:
- lebih mungkin mengalami kelahiran prematur, komplikasi kehamilan, dan kematian bayi saat dilahirkan;
- memiliki bayi dengan berat lahir yang lebih rendah dari rata-rata dibandingkan wanita yang tidak merokok;
- menempatkan bayi pada risiko yang lebih tinggi untuk terkena sindrom kematian bayi mendadak; dan
- bayinya mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mengalami penurunan fungsi paru.
Health Canada menyatakan pada situs webnya, "Merokok pada remaja putri dan wanita yang sedang hamil terbukti meningkatkan risiko komplikasi kehamilan dan menyebabkan konsekuensi merugikan yang serius, termasuk berat lahir rendah, kematian saat lahir, keguguran kandungan, hambatan pertumbuhan janin, kelahiran prematur, abrupsi plasenta, dan sindrom kematian bayi mendadak."
Singkatnya, jika Anda hamil atau mungkin akan hamil, jangan merokok. Anda harus meminta bantuan dokter untuk berhenti merokok selama kehamilan.
Jika Anda hamil, Anda juga harus mengetahui bahwa petugas kesehatan masyarakat telah menyimpulkan bahwa paparan asap rokok sekunder dapat meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan berat rendah.
Sumber: www.sampoerna.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar