Bagi muda-mudi yang memadu kasih di zaman
ini, cipika-cipiki atau mencium pipi atau bibir pasangannya (yang non
mahram) adalah suatu yang wajar dan lumrah. Namun hal ini tidaklah wajar
dalam Islam karena hubungannya yang belum sah dalam pernikahan.
Ada
hadits yang disebutkan oleh Imam Nawawi rahimahullah dalam kitab
Riyadhus Sholihin di mana hadits tersebut muttafaqun ‘alaih, dari Ibnu
Mas’ud, ia berkata,
أَنَّ
رَجُلاً أَصَابَ مِنَ امْرَأَةٍ قُبْلَةً ، فَأَتَى النَّبِىَّ – صلى الله
عليه وسلم – فَأَخْبَرَهُ ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ ( أَقِمِ الصَّلاَةَ
طَرَفَىِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ
يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ) . فَقَالَ الرَّجُلُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلِى
هَذَا قَالَ « لِجَمِيعِ أُمَّتِى كُلِّهِمْ »
Ada seseorang
yang sengaja mencium seorang wanita (non mahram yang tidak halal
baginya), lalu ia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
mengabarkan tentang yang ia lakukan. Maka turunlah firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam.”
(QS. Hud: 114). Laki-laki tersebut lalu bertanya, “Wahai Rasulullah,
apakah pengampunan dosa seperti itu hanya khusus untuk aku?” Beliau
bersabda, “Untuk seluruh umatku.” (HR. Bukhari no. 526 dan Muslim no.
2763).
Yang dimaksud dalam kerjakanlah shalat di dua tepi siang,
yaitu pagi dan petang adalah maksud untuk shalat Shubuh dan Maghrib.
Sedangkan shalat yang dilakukan di awal malam adalah shalat Maghrib dan
‘Isya.
Hadits ini secara jelas menunjukkan keutamaan shalat lima
waktu di mana dapat menghapuskan dosa seperti yang diperbuat di atas.
Sekaligus hadits tersebut juga menunjukkan bahwa mencium wanita yang
tidak halal (alias: non mahram) adalah suatu dosa. Termasuk pula
bersalaman dengan wanita non mahram termasuk dosa.
Namun lihatlah
keadaan pergaulan muda-mudi saat ini, mencium pasangan yang non mahram
dianggap hal biasa. Bahkan orang yang tidak punya pasangan seperti itu
dianggap tabu. Padahal jelas-jelas nyata, menjalin kasih seperti ini
dinilai dosa bahkan termasuk perantara menuju zina yang terlarang.
Termasuk pula yang terlarang adalah berboncengan dengan wanita non
mahram. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’: 32). Dan jelas-jelas perbuatan yang disebutkan di atas termasuk perantara menuju zina.
Semoga
Allah memberi taufik pada pemuda-pemudi saat ini, moga mereka semakin
dekat pada Allah dan diberi petunjuk untuk menjauhi yang Allah haramkan.
Referensi:
Nuzhatul Muttaqin Syarh Riyadhish Sholihin, Dr. Musthofa Al Bugho, dll, terbitan Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1432 H, hal. 409.
***
Disusun
di pagi hari saat bermain dengan anak-anak (Ruwaifi’ dan Rumaysho) @
Panggang, Gunungkidul, 23 Ramadhan 1434 H (seminggu menjelang hari raya)
Artikel Rumaysho.Com
***
Silakan follow status kami via Twitter @RumayshoCom, FB Muhammad Abduh Tuasikal dan FB Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar