Sungai Penuh sejak Pemerintahan Belanda dan Jepang bercokol
di alam Kerinci hingga akhir Juli 2008, merupakan ibu kota Kabupaten
Kerinci, pusat Pemerintahan, pusat Pendidikan, Perdagangan dan Jasa serta
menjadi barometer bagi kecamatan kecamatan lain yang ada di Kabupaten
Kerinci, dan dimasa penjajahan Belanda dan Jepang Sungai Penuh merupakan pusat
Pemerintahan dan pusat perdagangan, semua hasil pertanian dan perekebunan
kecuali Teh di kumpulkan di Sungai Penuh dan selanjutnya di kirim ke Pelabuhan
laut di Padang.
Pada awal terbentuknya Propinsi Jambi tahun 1957, Daerah
Jambi merupakan salah satu Keresidenan dalam lingkungan
wilayah Propinsi Sumatera Tengah, melalui Undang undang darurat
Nomor19/1957 tanggal 9 Agustus 1957 terbentuklah Propinsi Jambi. Pada
waktu Jambi masih dalam bentuk Keresidenan, daerah Kerinci tidak termasuk dalam
Keresidenan Jambi, Kerinci merupakan sebuah Kewedanan yang berada dalam
lingkungan Kabupaten Pesisir Selatan Kerinci. Setelah satu tahun berdirinya
Propinsi Jambi melalui UU Darurat Nomor 19 /1957, lahir pula Undang
undang lain yang memperbaharui Undang undang tersebut, Undang undang tersebut
adalah undang undang nomor 81 Tahun 1958 (Penggalian nilai budaya tradisional
Daerah Jambi: 2007: 4) yang menetapkan Jambi sebagai sebuah Propinsi yang
dipermekar daerahnya atau daerah Swatantra Tingkat II yang meliputi :
- Kabupaten Tanjung Jabung dengan Ibukotanya Kuala Tungkal
- Kabupaten Batanghari dengan Ibukotanya Jambi
- Kabupaten Bungo Tebo dengan Ibukotanya Muara Bungo
- Kabupaten Sarolangun Bangko dengan Ibukotanya Bangko
- Kabupaten Kerinci dengan Ibukotanya Sungai Penuh
- Kotamadya Jambi dengan Ibukotanya Jambi.
Pada tahun 2000 Kabupaten dalam Propinsi Jambi kembali
dimekarkan dengan dikeluarkannya undang-undang Nomor 14 Tahun
2000 tentang perubahan undang-undang Nomor 54 tahun 1999 tentang
pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muara Jambi dan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sampai tahun 2007 /
2008 Propinsi Jambi memiliki 9 Kabupaten dan 1 Kota.
Berdasarkan undang-undang Nomor 25 Tahun 2008
tanggal 21 Juli 2008 (Lembaran Negara RI Nomor 08, tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 4871) terbentuklah Kota Sungai Penuh yang
merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kerinci (Kabupaten Induk).
Gagasan untuk membentuk Kota Otonom Kota Sungai Penuh telah
muncul sejak tahun 1970 an, Bupati Kerinci yang saat itu dijabat oleh H. Rusdi
Sayuti, BA bersama DPRD Kabupaten Kerinci dan masyarakat Kerinci telah
memunculkan aspirasi untuk menjadikan Sungai Penuh sebagai Daerah Otonom. Lebih
32 Tahun gagasan untuk membentuk Kota Otonom baru dapat terwujud menjelang
penghujung berakhirnya jabatan Gubernur Jambi Drs.H. Zulkifli Nurdin dan
menjelang berakhirnya jabatan Bupati Kerinci H. Fauzi Siin.
Pertumbuhan Sungai Penuh sebagai ibu kota Kabupaten Kerinci
saat itu dinilai cukup pesat, sehingga banyak kalangan yang
menilai Kecamatan Sungai Penuh saat itu sudah tidak efektif lagi
bila hanya dikelola oleh Pemerintah Kecamatan. Melalui kajian dan
penilaian melalui kerja sama dengan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam
Negeri (STPDN) program Pasca Sarjana Magister administrasi daerah yang dipimpin
oleh Prof. DR. Sadu Wasustiono MS, beliau juga merupakan salah seorang anggota
tim penyusun PP No. 129 Tahun 2000 yang memuat persyaratan dan Kriteria
pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah.
Drs.H. Junaidi T. Noor, MM dalam makalah suatu
wacana Hari Jadi Kota Sungai Penuh (27 Desember 2009 : 2) yang disampaikan
pada acara Temu Dialog Seniman Budayawan Kenduri Cinta tanggal 9 Agustus
2010 di Gedung Nasional Kota Sungai Penuh, mengemukakan hasil kajian ini
melengkapi pengajuan usulan sesuai dengan mekanisme proses
per undang-undangan yang secara kronologis administratif tertuang dalam
penjelasan UU RI no. 25 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota Sungai Penuh.
Undang-undang pembentukan Kota Sungai Penuh di Undangkan
tanggal 21 Juli 2008, tetapi peresmiannya dilakukan oleh Menteri Dalam
Negeri Mardianto tanggal 08 November 2008 atas nama Presiden Republik
Indonesia, dan saat itu Menteri Dalam Negeri melantik Drs. Masril Muhammad MBA
sebagai Penjabat Walikota Sungai Penuh, namun Jabatan Drs. Masril hanya
berlansung beberapa bulan, Masril mengakhiri tugasnya karena memasuki usia
pensiun yang tidak dperpanjangkan, dalam jabatan yang cukup singkat
Drs. Masril mampu mengawali upaya pembenahan struktur dan aparatur Kota Sungai
Penuh yang saat itu masih sangat belia.
Gubernur jambi saat itu Drs. H.
Zulkifli Nurdin, MBA melantik Drs. Hasvia Hasyimi, MTP untuk melanjutkan
kepemimpinan Masril selaku Penjabat Walikota, dan pada masa Penjabat Walikota
Sungai Penuh dijabat oleh Hasvia dilakukan Peringatan /
Perayaan Hari Ulang Tahun yang Pertama Kota Sungai Penuh yang
dilaksanakan pada tanggal 08 November 2009.
Masa jabatan Hasvia Hasyimi selaku Penjabat Walikota Sungai
Penuh, harus berakhir, Mantan Kepala Biro Ekonomi dan Pembangunan setda
Propinsi Jambi dan mantan Staf Gubernur Jambi Bidang Pemerintahan dan Politik
juga berakhir ditengah perjalanan,Hasvia dengan dukungan beberapa Partai
pengusung ikut bertarung dan menjadi Calon pada Pilwako, dan dalam
pelaksanaan Pilwako, Hasvia pada putaran pertama harus mengakui
keunggulan dua pasangan kandidat lainnya yang lebih unggul. Penjabat Walikota
Sungai Penuh Drs.H. Marsil Muhammad dan Drs. Hasvia Hasyimi, MTP dengan
kemampuan dan Fasilitas Kota yang masih sangat terbatas telah mampu menata
wajah birokrat dan menata fasilitas sosial yang masih sangat minim, saat itu
sebagian besar aset belum di serahkan oleh Kabupaten Induk, agar roda
Pemerintahan dapat berjalan Masril dan Hasvia terpaksa harus menyewa rumah
rumah penduduk dan ruko sebagai sarana perkantoran bagi SKPD-SKPD yang ada
dalam Kota Sungai Penuh, Kabupaten induk sampai tahun 2012 ”belum rela”
memberikan aset bangunan kepada adik kandungnya Kota Sungai Penuh.
Dalam menjalankan tugas pemerintahan, Walikota dan jajaran
Sekretariat Kota memanfaatkan bangunan kuno bekas kantor Bupati Kerinci era
tahun 1970 an yang kurang refresentatif. Dengan kondisi seadanya secara
bertahap penjabat Walikota saat itu terus menata diri dan memberikan pelayanan
public bagi masyarakat Kota Sungai Penuh.
Semasa Hasvia menjabat sebagai Penjabat Walikota Sungai
Penuh, berbagai terobosan dilakukan bersama SKPD–SKPD terakhir. Pekerjaan yang
paling diingat oleh masyarakat Hasvia bersama SKPD berhasil melakukan
pengaspalan jalan jalan dalam Kota Sungai Penuh hingga kepinggiran Kota Sungai
Penuh, Hasvia dengan dukungan pihak PLN Cabang Sumatera Barat-Riau berhasil
membuat wajah Kota Sungai Penuh terang benderang dan pemadaman lampu semakin
berkurang. Hasvia juga berhasil membangun jalinan silaturahmi dengan kalangan
Budayawan dan seniman dalam Kota Sungai penuh dan yang paling menonjol Hasvia
berhasil meraih penghargaan WTP yang diserahkan oleh Wakil Presiden RI DR.
Budiono. Umur jabatan Hasvia selaku penjabat Walikota Sungai Penuh tidak
berumur panjang, Hasvia dengan dukungan beberapa partai Pendukung antara lain
PAN, PDI dan PKPB maju sebagai Calon Walikota pada Pilwako pertama Kota Sungai
Penuh. Untuk mengisi kekosongan, Gubernur Jambi melantik Ir. H. Akmal Thaib, MM
sebagai Penjabat Walikota Sungai Penuh menggantikan Drs.Hasvia, MTP hingga
Pelantikan Walikota-Wakil Walikota Defenitif.
Melalui proses Demokrasi yang alot, demokratis dan
Pilwako dua putaran dan meski harus melalui sidang di Mahkamah Konstitusi
akhirnya Drs. Ahmadi Zubir, M.Pd harus mengakui ke unggulan
rivalnya pasangan Prof. Dr. H. Asafri Jaya Bakri, MA dan Ardinal
Salim, SE dan dengan sikap ksatria semua kandidat yang kalah bersaing harus
mengakui keunggulan pasangan AJB-Ardinal, dan mereka menghadiri acara
pelantikan Prof. Dr. Asyafri Jaya Bakri MA - Ardinal Salim SE, yang
dilakukan Gubernur Jambi Drs.H. Hasan Basri Agus, MM.
Pelantikan Walikota dan Wakil Walikota Sungai
Penuh Defeinitif dilaksanakan hari Sabtu, 25 Juni 2011 oleh Gubernur
Jambi Drs.H. Hasan Basri Agus, MM di Gedung Nasional Kota Sungai Penuh dihadiri
Pimpinan dan Anggota DPRD Kota Sungai Penuh, Anggota BPK RI DR. H. Rizal
Djalil, MM, Anggota DPR RI. Drs.H. Muradi Darmawansyah, Mantan Bupati Kerinci
H. Fauzi Siin, Bupati Kerinci H. Murasman Bupati dan Walikota Daerah tetangga,
para Kandidat peserta Pilwako tokoh tokoh adat, Ulama dan kalangan
aktifis dan perwakilan masyarakat Kota Sungai Penuh.
Sebagai Walikota yang berasal dari kalangan akademisi,
Gubernur Jambi Hasan Basri Agus mengemukakan untuk menyukseskan
program program Pembangunan Kota Sungai Penuh dan mewujudkan Visi dan Misi yang
digagas pasangan AJB - Ardinal untuk 5 tahun kedepan maka
Walikota dan Wakil Walikota Sungai Penuh harus “Merangkul”
semua para calon Walikota dan Wakil Walikota yang ikut
berkompetisi di Pilwako, Walikota dan Wakil Walikota
adalah milik masyarakat Kota Sungai Penuh dan tidak ada perbedaan,
sehingga tercipta suasana yang harmonis, Walikota dan Wakil Walikota
yang baru dilantik agar menciptakan pemerintahan yang Kridibel,
Proaktif, Responsive dan bermartabat dalam memberikan pelayanan kepada
publik. Dalam amanatnya Gubernur Jambi H. Hasan Basri Agus, MM berharap
kedepan Walikota terpilih untuk dapat meraih penghargaan Adipura seperti
yang pernah diraih pada masa Pemerintahan H. Fauzi Siin.
Wakil Ketua BPK RI dan tokoh masyarakat Alam Kerinci
Dr.H. Rizal Djalil, MM berharap Walikota-Wakil Walikota Sungai Penuh untuk tetap
menjaga konsolidasi dan komonikasi dengan tokoh tokoh
masyarakat Kota Sungai Penuh baik yang berada di daerah
maupun yang berada di luar daerah teutama dengan pejabat dan tokoh masyarakat
yang berada di Pusat dan di Propinsi Jambi, Konsolidasi dan
Komunikasi dengan para “Perantauan” asal Kota Sungai Penuh itu penting
agar kita bisa bersama sama membangun Kota Sungai Penuh. Selain itu Rizal
Djalil mengemukakan dalam menjalankan dan mewujudkan Pemerintahan Good
Governance dan Clean Governance, apalagi dalam
menjalankan roda Pemerintahan dengan menggunakan APBD Kota Sungai Penuh yang
tepat sasaran sehingga target Kota Sungai Penuh untuk kembali mempeoleh
prediket WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dapat diraih kembali, sebab
dalam penilaian BPK RI mengalami penurunan dibandingkan tahun 2009 yang lalu.
Tokoh masyarakat Kota Sungai Penuh Drs.H. Saadudin
Ibrahim (Mantan Sekda Solok-Sumbar) juga berharap hal yang sama,dan AJB-Ardinal
diharapkan untuk merealisasikan janji janji Politik dalam menjalankan
pemerintahannya seperti menjadikan Kota Sungai Penuh sebagai pusat pendidikan
dan pusat perdagangan.
Tidak kalah pentingnya aktifis pemberdayaan dan Penggagas
Forum Seniman dan Budayawan Kota Sungai Penuh, Boedhi VJ Rio Temenggung
berharap agar Walikota dan Wakil Walikota untuk ”membangkitkan batang terendam”
Potensi dan Prestasi yang pernah dicapai Kota Sungai Penuh sebagai Pusat
Pendidikan di kawasan Barat Propinsi Jambi dan sebagai ”Suluh Bindang” alam
Kerinci perlu diraih kembali. Walikota dan Wakil Walikota serta SKPD pembantu
Walikota harus mampu memenuhi Janji Janji Politik yang dijual pada masa
Kampanye.
Kota Sungai Penuh merupakan Kota Kecil yang spesifik, untuk
itu penanganannya mesti dilakukan secara spesifik, umumnya masyarakat Kota Sungai
Penuh adalah masyarakat yang cerdas, dilain pihak peranan pemangku pemangku
Adat masih sangat dominan dan mereka menjadi panutan dan tokoh informal yang
masih sangat dihargai, untuk itu pembangunan Kota Sungai Penuh juga harus
mempertimbangkan pendekatan budaya.
Agar terjalin komunikasi yang harmonis antara pemerintah dan
masyarakatnya atau sebaliknya, maka Walikota dan jajarannya perlu melakukan
Dialog Publik dengan dikemas melalui Forum Temu Dialog seniman dan budayawan,
misalnya dengan melakukan Kawo Pagi yang dalam bahasa lain dikenal dengan
istilah Coffee Morning apapun kebijakan dan aturan yang akan diluncurkan oleh
Pemerirntah Kota seyogyanya di wacanakan ke Publik terlebih dahulu.
Walikota Sungai Penuh Prof. DR. H. Asyafri Jaya Bakri, MA
kepada Penulis (Januari 2012) mengemukakan, selama 5 tahun masa jabatannya
sebagai Walikota Sungai Penuh dengan kemampuan yang ada berupaya untuk
mewujudkan Visi dan Misi yang telah disampaikan pada saat Kampanye
Pilwako, diantara nya adalah mengembalikan Sungai Penuh sebagai Pusat
pendidikan terdepan di kawasan barat Propinsi Jambi, saya ingin mengembalikan
kejayaan Sungai Penuh sebagai Kota Pendidikan terdepan dengan memprioritaskan
pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan yang berbasis keunggulan lokal dan pada
tahun 2013-2014 akan merintis Pendirian Universitas Negeri guna menampung
lulusan SMTA dan SMK yang jumlahnya terus mengalami peningkatan.
Pemerintah merencanakan akan memanfaatkan kawasan pusat
Pemerintahan Kabupaten Kerinci sebelum dimekarkan menjadi kawasan kampus dan
Rektorat Universitas, Gedung ini baru dapat dimanfaatkan jika Pusat
Pemerintahan Kabupaten Kerinci dipindahkan ke ibu Kota Kabupaten Kerinci di
daerah Puncak Bukit Tengah telah dilaksanakan dan jika Universitas ini dibangun
dilokasi bekas perkantoran Pemerintah Kabupaten Kerinci Pergurian Tinggi
Universitas ini dapat menampung peserta didik dari Kota Sungai Penuh, Kabupaten
Kerinci dan kabupaten tetangga Solok Selatan-Pesisir Selatan (Sumatera Barat).
Menurut Walikota Prof. Dr. H. Asafri Jaya Bakri MA, sampai
saat ini di Kota Sungai Penuh terdapat 39 Unit Lembaga Pendidikan Anak
Usia Dini, 72 Unit Sekolah Dasar, 11 Unit SMP, 13 unit SLTA dan 5
perguruan Tinggi Swasta dan 1 Perguruan Tinggi Negeri STAIN dan beberapa
lembaga Pendidikan Informal/Kursus ketrampilan. Sungai Penuh pada masa lalu
merupakan Pusat Pendidikan bagi Kabupaten Kerinci dan daerah tetangga ,danpada
masa lalu sebelum di pindahkan ke Sanggaran Agung di Sungai Penuh telah memiliki
Sekolah Menengah Pertaian Atas (SPMA).
Jika kita melihat sejarah masa lalu, Pada Tahun 1901, Ratu
Belanda Wilhelmna di Den Haag membuka abad baru dengan Pidato politknya yang terkenal: Politik Etis, Politik
Etis ini antara lain berisi pernyataan pengakuan
pemerintah Belanda terhadap kesalahan kesalahan yang dilakukan terhadap rakyat jajahan selama ini. Selama abad ke XIX,
Penguasa Kolonial Belanda di Batavia telah
bertindak keras dan melakukan penindasan, hal ini dapat terlihat dalam
praktek tanam paksa di Jawa atau sistim tanaman kopi di
Minangkabau, maka sejak pergantian abad muncul banyak
kritikan dari sayap kaum politisi Liberal yang menganggap
tindakan penjajah tidak etis, karena menguras kekayaan negeri
jajahan dengan cara menindas dan mengeksploitasi rakyat pribumi.
Sejalan dengan pidato Ratu Belanda itu, maka
sejak 1901, Perdana Menteri Belanda waktu itu Dr. Abraham
Kuyper, dengan terus terang mau membela rakyat Indonesia dan mendesak
agar Pemerintah Kolonial Belanda di Batavia memberikan keadilan,
kemanusiaan dan perlindungan bagi rakyat jajahan yang telah berjasa
memakmurkaan negeri induk (Holland atau negeri Belanda). Ironisnya, walaupun
Belanda telah mencanangkan Politik Etis tahun 1901, mereka masih saja
melanjutkan proyek proyek Kolonial yang lama, mereka
melanjutkan ekspansi dengan melakukan pendudukan dan
memperluas daerah jajahan di daerah daerah lain di luar Pulau Jawa, bahkan
alam Kerinci pada tahun 1903 melalui perlawanan yang
Heroik dari pejuang / hulubalang hulubalang akhirnya tahun
1906 Belanda berhasil memadamkan api perjuangan para pejuang, Khusus di
alam Kerinci, pendudukan Belanda tidaklah 350 tahun, Belanda
baru berhasil menduduki alam Kerinci tahun 1906, Rakyat dan Pejuang
dengan gigih berusaha untuk mempertahaankan alam Kerinci, peralatan
persenjataan yang tidak seimbang merupakan faktor utama yang membuat pejuang
mengalami kesulitan,meski dengan senjata tradisional para pejuang juga berhasil
menewaskan ratusan serdadu Belanda, terakhir tahun 1914 seorang pemangku adat
dan Pejabat Kepala Distrik yang diangkat oleh Pemerintahan Belanda
dari kalangan penduduk Pribumi asal Dusun Baru - Sungai Penuh H.
Bakri Gelar Depati Simpan Negeri karena muak dan benci melihat perlakuan
sewenang wenang yang dilakukan penjajah Belanda dengan gagah dan kesatria
menembak mati seorang pejabat (Kontler) Belanda di Kantor Kontler
Belanda di Sungai Penuh, meskipun H.Bakri terpaksa harus gugur berlumuran
darah diberondong peluru yang dimuntahkan dari senjata para
serdadu Belanda, namun H. Bakri tidak surut, dan ia pun tewas saat baru
selesai melakukan Sholat Sunat usai melakukan Sholat Zhuhur.
Awalnya Belanda menempatkan seorang pejabat
kulit putih di Sungai Penuh yakni seorang Kontrolir atau tuan
Kumandur dan sebagian besar serdadu belanda merupakan serdadu bayaran yang
didatangkan dari luar Sumatera, pada awalnya pada masa pemerintahan Belanda,
Kerinci merupakan sebuah daerah otonom, artinya tidak masuk ke Jambi dan tidak
masuk ke Sumatera Barat, baru sejak tahun 1921 Kerinci digabungkan dengan
Sumatera Barat dan ini berlansung sampai tahun 1958 Dalam masa yang cukup
panjang itu suatu kewajaran jika masyarakat Kerinci berkiblat Ke Sumatera
Barat terutama untuk masalah ekonomi dan pendidikan, meski secara
sejarah nenek moyang berasal dari puak yang berbeda, namun
tradisi, sistim sosial maupun tradisi ke Islamannya
memiliki banyak kesamaan.
Politik Etis inilah yang mendorong pendidikan Bumi Putera,
Kerinci mulai diperhatikan, awalnya hanya ada sebuah Sekolah Rakyat
kelas dua yang disebut Twede School, penyelenggaaran pendidikan
hanya dilakukan oleh seorang guru sekaligus menjadi kepala Sekolah
dengan dibantu 3 orang guru bantu, sesudah tahun 1910 sekolah Rakyat
berkembang menjadi 18 buah
Pada masa penjajahan Belanda era tahun 1920 an di
Kerinci hanya ada satu Sekolah Dasar milik Pemerintah, beberapa diantaranya
sekolah milik swasta, Sekolah milik pemerintah itu adalah Sekolah
Rakyat 3 Tahun (Volkschool). Lulusan SR 3 Tahun dapat melanjutkan
sekolah sambungan (vervolkschool) dengan lama belajar 2 tahun, Sekolah milik
pemerintah Belanda lainnya adalah Shcakelschool dan Meisjescholl
(sekolah khusus untuk anak anak perempuan).Pada waktu itu Muhamadiyah juga
mengelola Schakelschool, dengan demikian selain HIS swasta milik “Krintji
Instititut” juga ada “Scahelscholl“ swasta milik Muhammadiyah,
keduanya berkedudukan di Sungai Penuh, di kedua sekolah tersebut diajarkan
Bahasa Belanda. Pada masa itu Muhammadiyah dan PERTI juga
mendirikan sekolah sekolah agama diantaranya adalah
Thawalib Islamiyah yang didirikan tahun 1928 dengan pimpinannya A.R.
Karim Rawang. Selain itu juga ada madrasah yang diasuh oleh Muhammadiyah,
Madrasah Islamiyah School, guru guru madrasah ini umumnya adalah tamatan
sekolah “Parabek” Bukittinggi atau “Thawalib” Padang Panjang,
guru guru yang paling terkemuka diantaranya ialah H. Adnan Thaib, Abdul
Rahman Dayah dan A.R . Karim.
Para perintis pendidikan yang dikenal pada itu
adalah Guru Hardito, dibantu oleh kawan kawannya termasuk Si’in Thaher
seorang pengusaha dan pemilik penggilingan Kopi dan Padi ternama di Sungai
Penuh, Hardito saat itu adalah pemuda Jawa yang datang ke
Kerinci pada awal tahun 1920 an, sebagai Aktifis Taman Siswa yang juga
berhubungan dengan orang orang Muhamadiyah di Jawa, Hardito termasuk
salah seorang yang dikirim ke luar Jawa untuk memajukan pendidikan di Kerinci,
kebetulan saat itu cabang organisasi Muhamadiyah belum terbentuk di alam
Kerinci dan bersama sama ulama terkemuka Kerinci antara lain Abdullah
Kambang, Hardito bersama tokoh tokoh Kerinci mendirikan lembaga
pendidikan yang oleh Belanda disebut Krintji Institut (Yayasan Pendidikan
Kerinci)
Selain aktif dunia pendidikan, Hardito dan kawan kawannya
mendirikan organisasi kebudayaan sebuah organisasi luar
sekolah yang bernama Krima atau disebut juga “Kerinci Maju” dengan
ketuanya M. Kukuh. Hardito juga membentuk Pandu Muhammadiyah,
yaitu “Hisbul Wathan”, Ketuanya pada waktu itu adalah Buya Rahmattun dan
Adnan Thaib, mereka mereka yang menjadi murid murid tersebut dikemudian hari
menjadi tokoh pejuang dan pemimpin di bumi Sakti Alam Kerinci, diantaranya
adalah Mayor Jenderal H.A.Thalib, Zainal Abidin (Pejabat Imigrasi Pusat),
H. Abdullah Hamid Arifin.
Pada periode berikutnya tahun 1946 Hardito dan
Pemuda A. Thalib berusaha mendirikan Sekolah Menengah Pertama ( SMP ), dan pada
saat itu A. Thalib memerintahkan stafnya untuk menjemput Sukoco, dan tiga
tokoh tiga serangkai Hardito, A. Thalib dan Sukoco
menyelenggarakan dan melengkapi kebutuhan sarana
pendidikan dan merekrut beberapa orang guru diantaranya
Hasan Basri Basalamah, Azhar, Muhammad Lepang. Hasan Basri
Basalamah seorang CPM dijemput di Bengkulu untuk membantu mengajar dan
tetap menjadi CPM, Azhar seorang tamatan MULO dijemput di
Inderapura, hanya Muhammad Lepang yang saat itu berada di
Sungai Penuh, padawaktu itu gedung tempat belajar menggunakan bekas rumah
Kontrolir Belanda, SMP Sungai Penuh didirikan tahun 1948.
Murid murid SMP tersebut umumnya adalah bekas murid HIS masa
Belanda, diantara murid murid angkatan pertama itu antara lain
adalah Idris Jakfar, Yakub Isman, Anas Rusli, Rusli Latif, Salam Karim,
Hasyimi, dll. Pada waktu Agresi Belanda ke II, Gedung SMP negeri bekas
rumah Kontler Belanda dibakar dan di bumi hanguskan oleh para
pejuang, dan untuk sementara SMP tersebut dipindahkan ke Desa Koto Baru, Rawang
yang dikenal dengan julukan SMP Darurat.
Menjelang penyerahan kedaulatan dari
Pemerintah Belanda kepada Pemerintah
RI dibangunlah gedung sementara
diatas gedung Sekolah Rakyat yang di bumi hanguskan yang berlokasi dekat Masjid
Baiturahman. Pada tahun 1954 Pada saat Wakil Presiden RI
pertama Drs.H. Muhammad Hatta berkunjung ke Kerinci Gedung SMP menempati gedung
baru yang berdekatan dengan Rumah Sakit Sungai Penuh.
Pada tahun 1981 Hardito tokoh pendidikan alam Kerinci
meninggal Dunia di Makkah saat menunaikan Ibadah Haji, Hardito, Sukoco, Tokoh
Kerinci H. Mukhtaruddin merupakan sosok tokoh utama yang paling berjasa
dalam merintis dunia pendidikan di alam Kerinci,namun sayangnya jejak Krintji
Institut dan nama tokoh pendiri seperti Hardito dan Sukoco nyaris di lupakan
orang, mungkinkah Pemerintah Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci dan
masyarakat alam Kerinci mau mengenang dan menghargai jasa para perintis dan
pejuang dunia pendidikan itu? Jawabannya tanyakan pada diri kita masing
masing.
Pada Era tahun 1955 /1956 hingga akhir tahun 1970
an,Sungai Penuh merupakan kiblat kedua dunia pendidikan di Propinsi
Jambi, hampir semua Lembaga Pendidikan Tingkat SLTP dan SLTA berdiri di
Kerinci. Diantaranya SGA, SGB, PGA, MAN SMA dan SMP Negeri, PGLSP, SMEP,
SKKP, SMEA, SPMA, SPG, SGO, Fakultas Syariah, A2N.
Pada umumnya sebelum era tahun 1980an Tamatan SLTA yang
dihasilkan oleh Lembaga Lembaga Pendidikan di Sungai Penuh
melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi di Sumatera Barat, Jakarta,
Bogor dan
Yokyakarta. Alumni alumni yang dihasilkan oleh Sekolah Menengah Atas di Sungai
Penuh sampai saat ini tersebar hingga kepelosok Nusantara, beberapa diantaranya
menjadi Pejabat, Pengusaha dan tokoh ditingkat Nasional.
Beberapa tokoh yang berhasil dirangkum oleh Penulis
diantaranya tercatat tokoh era tahun 1945 - 1950 an, era tahun 1970
an - 1980 an dan hingga akhir tahun 2012 diantaranya adalah, H. Muchtaruddin,
KH. Adnan Thaib, KH. A. Rahman Dayah, KH. Djanan Thaib Bakri, Mayjen H.A.
Thalib, H. Ramli Taha SH, Prof. Dr. H. Yakub Isman, Kolonel H.M. Koekoeh, Prof.
H. Idris Jakfar, SH, Prof. Dr. dr. H. Havid Ardy, H. Abu Hasan, MA, Drs.
H. Taher Ahmad, A. Salam Karim, BA, Hasyimi, BA, Letjend (Purn) H. Chalid
Karim, Leo H. Rusdi Sayuti, BA, Drs. H. Muhammad Awal, Drs. H. Hasmi Mukhtar,
Kolonel Thalat Siin, Drs. H. Saaduddin, Husaini Kadir, SH, Kolonel Fahmi
Mukhtar, Hj. Aida Rosnan, BA, Hj. Ida Hayati, BA, Hj. Hasnah Burhama,
Idris Ibrahim, Prof.Dr.H. Asafri Jaya Bakri, MA, Prof. Dr. Firwan Tan,
Msc.Dpl.Ing, Prof. H. Bakri, Kolonel (Pol) Syamsir Karim, Prof. Dr. H. Aulia
Tasman, Phd, Dr. H. Rizal Djalil, MM, Drs. Muradi Dharmawansyah, Herman
Muchtar, SE, Ir. H. Syafruddin Ahmad, Dr. H. Husaini Ardy, dr. Nasrul
Qadir, Dr. Adi Rozal M.Si dan beberapa tokoh tokoh muda yang
berkecimpung dalam dunia usaha dan Partai Politik ditingkat Regional maupun
Nasional.
Era tahun 1970 an hingga era tahun 1980 an bumi alam Kerinci
(Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci) dikenal sebagai gudangnya
Intelektual dan cendekiawan di Propinsi Jambi, keadaan ini telah
mendapat pengakuan Internasional, kehadiran Aksara Incung dan Naskah Kuno
Tanjung Tanah merupakan Bukti bahwa orang alam Kerinci dimasa lalu
merupakan type masyarakat yang cerdas, bahkan jauh sebelum itu dari artefak
tinggalan sejarah berupa batu batu Silindrik juga menunjukkan bahwa masyarakat
Purba yang mendiami alam Kerinci sejak awal telah memiliki peradaban yang
tinggi, alam Kerinci merupakan sejarahwan dan antrolpologh dunia disebuat
sebagai salah satu pusat peradaban dan kebudayaan Dunia, dan Kerinci
merupakan salah satu suku tertua yang ada di dunia yang lebih tua dari
usia suku Inca Indian di Benua Amerika atau suku Aborigin di Benua Australia
atau Suku Badui di Jazirah Arab.
Belakangan ini kejayaan Sungai Penuh sebagai Kota Pendidikan
terdepan di kawasan wilayah Barat Propinsi Jambi semakin suram. Kualitas mutu
pendidikan kalah bersaing, dan lembaga pendidikan Tinggi kalah
bersaing, Perguruan Tinggi yang ada hanya mampu menciptakan tenaga
kependidikan (Guru) dan tenaga Administrasi perkantoran
yang hanya siap untuk menjadi abdi Negara (PNS). Untuk tenaga siap pakai yang
menguasai Keterampilan (Skill) perguruan tinggi yang
menghasilkan tenaga kejuruaan yang terampil dan terlatih dirasakan masih
jauh dari yang diharapkan. Dampaknya pada setiap penerimaan CPNS, Ribuan
sarjana lulusan PTN/PTS berlomba lomba untuk memperoleh tiket menjadi PNS.
Wali Kota Sungai Penuh Prof. Dr. H. Asafri Jaya Bakri, MA
kepada Penulis mengemukakan, kedepan Pemerintah Kota Sungai Penuh yang baru
berumur masih sangat muda secara bertahap akan melakukan pembenahan dan
perbaikan untuk mempercepat program percepatan Pembangunan Kota Sungai Penuh,
berbagai upaya pembenahan terus dilakukan untuk menciptakan Pemerintahan
yang bersih dan berwibawa.
Kepada Penulis, Walikota Sungai Penuh Prof. Dr. Asafri Jaya
Bakri, MA dan Wakil Walikota Sungai Penuh Ardinal Salim, SE mengemukakan, Visi
Pemerintahan untuk 5 tahun kedepan adalah menjadikan Kota Sungai Penuh Mandiri,
Maju dan Terdepan dalam Pendidikan (Kota Sungai Penuh MAPAN 2016). Untuk
mewujudkan Visi tersebut ada 7 (Tujuh) Misi yang akan dilakukan dan ingin
dicapai yaitu:
- Menciptakan tata kelola pemerintah yang baik
- Meningkatkan pendidikan berkualitas dan berbasis IMTAQ dan IPTEK
- Meningkatkan kualitas pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana daerah yang berkeadilan
- Meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berbasis ekonomi kerakyatan
- Meningkatkan kwalitas pelayanan kesehatan masyarakat
- Meningkatkan kualitas kehidupan yang agamis,b erakhlak mulia dan berbudaya
- Pengelolaan potensi daerah,tata ruang dan lingkungan hidup.
Untuk mewujudkan dan mencapai Visi dan Misi menjadikan Kota
Sungai Penuh MAPAN 2016, pemerintah kota tidak akan mampu berjalan sendiri,
untuk itu peran serta masyarakat luas, tokoh tokoh adat, ulama, cendekiawan
termasuk masyarakat Kota Sungai Penuh diperantauan sangat diperlukan.
Khusus dibidang Kebudayaan dan Pariwisata, menurut
Prof. Dr. Asfari Jaya Bakri, MA Kota Sungai Penuh juga memiliki banyak
keunggulan,sebagai Kota kecil yang dikelilingi Kabupaten Kerinci,memiliki
potensi dan kekayaan alam dan Pawisita yang cukup berpontesi untuk
dikembangkan, dan Posisi Kota Sungai Penuh yang berada di Jantung alam Kerinci
memiliki potensi bagi pengembangan jasa pariwisata guna mengakomodir dan
memfasilitasi segala keperluan wisatawan yang mengunjungi Kabupaten Kerinci dan
daerah daerah sekitarnya.
Sejak Periode Pemerintahan Belanda hingga Pasca Pemekaran
Kerinci tahun 2008, Kota Sungai Penuh merupakan pusat Pemerintahan, Pendidikan,
Perdagangan dan Jasa bagi Kabupaten Kerinci, dengan berdirinya Sungai Penuh
sebagai daerah otonom baru berarti Kota Sungai Penuh telah mewarisi berbagai
aset Kabupaten Kerinci yang nota bene adalah Kabupaten induk. Meski sebagian
besar bangunan perkantoran dan fasilitas sosial masih dikuasai oleh Pemerintah
Kabupaten Kerinci, akan tetapi kedepan Pemerintah Kabupaten Kerinci ”akan
Legowo” untuk menyerahkan asset kepada adik kandungnya
Kota Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci saat ini tengah membangun kawasan pusat
Pemerintahan di wilayah Bukit Tengah Kecamatan Siulak, jika ibu kota Kabupaten
Kerinci telah dibangun di Bukit Tengah dipastikan pertumbuhan
ekonomi dan pelayanan masyarakat akan semakin lebih baik.
Bupati Kerinci H. Murasman, S.Pd. MM, mengakui bahwa
Kabupaten yang berada di Puncak pegunungan Andalas memiliki beragam potensi
seni, kebudayaan dan Pariwisata, untuk memperkenalkan asset dan Potensi itu
Pemerintah Kabupaten Kerinci disamping melakukan Festival Masyarakat Peduli
Danau Kerinci (FMPDK) juga melakukan promosi wisata ke Propinsi dan Negara
tetangga seperti Malaysia.
Murasman mengakui keterbatasan sarana
Infrastruktur jalan sejak beberapa puluh tahun terakhir merupakan faktor utama
malasnya wisatawan menuju alam Kerinci, kita harapkan dengan program Jambi Emas
2015 kondisi sarana transportasi dari dan ke Kerinci dapat semakin membaik,
Pemerintah juga terus menjajaki dan melakukan penjajakan dengan Maskpai
Penerbangan, hal ini mengingat Bandara yang telah di tingkatkan oleh Bupati H.
Fauzi Siin pada waktu itu Bandara telah mampu didarati oleh Pesawat jenis
Fokker 50.
Untuk meningaktkan
pelayanan publik serta untuk mendorong percepatan Pembangunan Kabupaten
Kerinci, sejak tahun 2010 Pemerintah telah mempersiapkan Lokasi Bangunan
Pemerintahan Kabupaten Kerinci di Kawasan Bukit Tengah Kecamatan Siulak, saat
ini kegiatan pembangunan sarana infra struktur tengah dilaksanakan.
Menurut H. Murasman
Secara Administrasi dan ketatanegaraan Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh
telah menjadi daerah otonomi yang berdiri sendiri, akan tetapi dalam perspektif
kesejarahan dan Kebudayaan masyarakat Kabupaten Kerinci dan masyarakat Kota
Sungai Penuh merupakan satu kesatuan adat, satu kesatuan kebudayaan dan
memiliki akar sejarah dan kebudayaan yang sama yang tidak dapat saling
dipisahkan.
Menyikapi berbagai dinamika
Pembangunan di Alam Kerinci (Budhi VJ. Rio Temenggung Tuo) menyebutkan, sejak
masa lalu orang Kerinci telah mengenal istilah filosofis ”Tiga Tungku
Sejarangan” yakni Pemerintah/Eksekutif/Legeslatif (Umaro), Pemangku
Adat dan Ulama, jika salah satu dari ketiga tungku tersebut tidak
diperankan maka cita cita untuk memajukan dan mensejahterakan
masyarakat akan terganggu dan sulit untuk tercapai. Dilain pihak para Pemangku
adat juga diharapkan dapat memahami “Sko Tigo Takah” dan dapat memisahkan
antara Peran Pemerintah dan Peran Pemangku Adat dalam Proses
Pembangunan, Para Ulama dan tokoh tokoh agamawan diharapkan
dapat menjadi katalisator dan Fasilitator
dalam menggairahkan derap langkah Pembangunan dan para Aktifis (LSM)
hendaknya dapat memerankan perannya sebagai Motivator dan Stablisator
bukan bertindak sebagai Komporator.
Bila kita
berbicara mengenai kebahagiaan, kita sekaligus juga bicara tentang manusia.
Manusia adalah makhluk pencipta nilai dan pemberi makna pada nilai, berhubung
sistem nilai yang dihayati perdepenisi adalah budaya/kebudayaan, manusia adalah
fakta fundamental dan primordial dari budaya/kebudayaan, dengan demikian ide
tentang kebudayaan menetapkan manusia diatas kewargaan (citizenship).
Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia yang
dilakukan oleh para pejuang dan para pahlawan termasuk juga persispsnnya
tahun 1908 dan 1928 lahir dari wacana kebudayaan yang dikembangkan oleh kaum
terdidik/terpelajar.
Dalam kontek alam Kerinci, (Kota Sungai Penuh dan Kabupaten
Kerinci) sudah saatnya kita mewujudkan Pembangunan Daerah dengan pendekatan
budaya, dengan demikian berarti budaya perlu diperhitungkan dalam
pemerintahan.bukti sejarah menunjukkan bahwa budayawan sudah terbiasa
menyatukan ”NALAR” dan “HATI” seperti yang pernah diingatkan filsuf matematikus
Pascal, hati punya penalaran sendiri ketika nalar tidak bisa menjelaskan.
Jika ketiga tungku sejarangan ini benar benar difungsikan dan
dilibatkan secara lansung dalam proses proses pengambilan keputusan dan
pengawasan dalam proses pembangunan diyakini alam Kerinci (Kota Sungai Penuh
dan Kabupaten Kerinci) akan menjadi sebuah Negeri yang Gemah Ripah Loh Jinawi,
Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofuur…… Semoga.
Budhi
Vrihaspathi Jauhari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar