Rabu, 18 Juni 2014

MAYOR JENDERAL H.A. THALIB, PUTRA KERINCI {Duta Besar Republik Indonesia Di Malaysia}

 


Untuk pertama kalinya sejak Indonesia Merdeka (Depati Drs. Joni Mardizal, MM, Jakarta), hanya satu orang  putra terbaik alam Kerinci yang pernah diangkat Presiden RI menjadi Duta Besar Negara sahabat, putra terbaik itu adalah Mayor Jenderal H. A. Thalib. Sebelum diangkat menjadi Duta Besar Indonesia untuk Malaysia tahun 1968, situasi pelik politik Indonesia, khususnya dalam  masalah  hubungan Diplomatik Indonesia - Malaysia, selama lebih kurang lima tahun  (1963-1968) hubungan Diplomatik antara Indonesia - Malaysia terputus akibat Konfrontasi (sengketa) politik antara  kedua Negara bertetangga itu.

Konfrontasi dengan Malaysia (Thahar Ramli: Biografi Mayjend H.A. Thalib 2005 ; BAB 7: 187- 205)berdampak buruk bagi Indonesia, Indonesia kehilangan simpati dimata jutaan orang Malaysia yang kebanyakan adalah suku Melayu yang serumpun dengan bangsa Indonesia, untuk memulihkan hubungan kedua negara bertetangga itu, pihak Malaysia mengharapkan agar Duta Besar Republik Indonesia pertama pasca konfrontasi  hendaknya dari kalangan suku yang secara psikologisnya memiliki kedekatan dengan penduduk Malaysia, khususnya dari Pulau Sumatera. Menteri Luar  Negeri saat itu H. Adam Malik  memiliki pandangan yang sama dengan Malaysia, akan tetapi saat itu Menteri Luar Negeri RI H. Adam Malik belum tahu siapa tokoh dari Sumatera yang lebih tepat untuk diangkat menjadi Duta Besar Negara Republik Indonesia pertama Pasca Konfrontasi  untuk diangkat menjadi Duta Besar RI  di Malaysia.

Melalui  pemikiran dan pertimbangan yang matang, Menteri Luar Negeri H. Adam Malik bertanya  kepada Alamsyah Ratu Prawira Negara yang  saat  itu menjabat Menteri Kemakmuran. Menteri Kemakmuran Alamsyah Ratu Prawira Negara bertanya  kepada  Buya HAMKA,  seorang  tokoh  kharismatik  dan Ulama Besar  dari Minangkabau, Buya HAMKA tokoh yang di cintai dan segani umat itu menjawab Jenderal H.A. Thalib paling cocok, dan Menteri Kemakmuran yang juga banyak tahu perjuangan dan sepak terjang Jenderal H.A. Thalib  mengiyakan  dan  menyatakan setuju. Menteri Luar Negeri H. Adam Malik yang mendapat   jawaban dari Jenderal Alamsyah Ratu Perwira Negara juga menyetujui. Ketiga tokoh nasional saat itu sependapat  bahwa Jenderal H.A. Thalib lebih cocok dengan  “Selera“ Malaysia. Jenderal  H.A. Thalib  putra  Pulau Sumatera asal  Kerinci,  Propinsi Jambi yang berasal dari Sungai Penuh merupakan tokoh yang disegani sejak masa perjuangan dan pernah menjadi Atase Militer untuk India  dan Burna di New Delhi  (1954 – 1958). Dilain pihak sejak awal abad ke XIX  di Malaysia sudah banyak orang Kerinci yang hidup menetap, diantaranya telah menjadi warga Negara Malaysia. Pada masa itu sudah banyak orang Kerinci yang pergi ke  KELANG. 

Kelang adalah sebuah pelabuhan di Malaysia. Sudah lama orang Kerinci hidup menetap di Malaysia. Awalnya, sebagian besar orang Kerinci pergi ke Kelang sebagai batu loncatan untuk menunaikan ibadah Haji ke Makkah, karena umumnya perantauan asal Kerinci  pada saat itu membuka kebun karet sebagai bekal kelak berangkat menunaikan ibadah Haji, setelah memiliki dana yang cukup maka mereka berangkat mengharungi Samudera luas menuju tanah suci Makkah untuk menunaikan ibadah Haji.

Setelah selesai menunaikan ibadah haji dengan waktu yang cukup lama,akhirnya  mereka kembali pulang, (Sayuti Hamzah) sebagian besar karena sudah  memiliki mata pencarian tetap dan telah berumah tangga akhirnya  mereka memilih hidup menetap sebagai penduduk Kelang (Malaya) hanya sebagian kecil yang pulang ke alam Kerinci.

Catatan sejarah menyebutkan pada saat Belanda memasuki Kerinci pada tahun 1903-1906 terjadi pertempuran  besar di alam Kerinci dengan pusat pertempuran paling lama di Pulau Tengah dan daerah Lolo - Lempur  (Kecamatan Gunung Raya). Pada pertempuran itu walau Kerinci terpaksa kalah namun pejuang alam Kerinci berhasil melakukan perlawanan dan berhasil menewaskan ratusan  serdadu Belanda.

Di antara penduduk dan Pejuang Kerinci yang tidak mau menyerah kalah mereka menyelamatkan diri  ke Malaysia  dengan satu tekat tetap melanjutkan perjuangan dari Negeri orang dan  berusaha  untuk mencari  dana guna membantu para keluarga dan pejuang yang berada di alam Kerinci. Bagi orang semenanjung Malaya saat itu merasakan bahwa orang suku Kerinci itu merupakan saudara  serumpun  bahkan banyak  diantara mereka yang satu keturunan dan nenek moyang yang sama dengan orang suku Kerinci.

Kamis 11 April 1968 Putra terbaik Indonesia asal suku Kerinci Propinsi Jambi dilantik oleh Presiden Republik Indonesia Suharto di Istana Negara Jakarta sebagai Duta Besar Republik Indonesia di Malaysia, bersama Jenderal H.A. Thalib, Presiden RI juga melantik Sudjatmoko sebagai Duta Besar RI untuk Amerika Serikat. Dalam Konferensi pers pertamanya setelah dilantik menjadi Duta Besar RI di Malaysia, Jenderal H.A. Thalib menyatakan Bahwa  tugas  utamanya sebagai Duta Besar RI di Malaysia ialah  memulihkan  hubungan  antara  kedua negara yang berasal dari bangsa serumpun dengan sebaik baiknya. Diharapkan dalam waktu singkat hubungan baik kedua bangsa serumpun itu segera dapat di wujudkan sehingga kembali hidup rukun dan damai, dan cinta mencintai. Hal yang demikian tentu hanya dapat dilaksanakan dengan niat yang ikhlas dan jujur tanpa pura pura atau penuh kepentingan ideologi kelompok sebagaimana praktek praktek di zaman Orde Lama yang menyebabkan renggangnya hubungan kedua Negara.

Sikap ramah dan bersahabat yang ditunjukkan Jenderal H.A. Thalib kepada masyarakat  dan pemerintah Malaysia, telah menghangatkan kembali hubungan baik antara kedua Negara. Hubungan itu semakin membaik lagi setelah kunjungan muhibbah Presiden Suharto dan rombongan ke Malaysia tahun 1970, sebagai kunjungan balasan atas kedatangan Perdana Mentri Tengku Abdul Rahman tahun 1968. Dengan kunjungan  kedua pemimpin dari bangsa serumpun dan berkat hubungan diplomatik  yang harmonis yang dilakukan oleh Jenderal H.A. Thalib, tanpa saluran resmi perjanjian Internasional, Pintu hati kedua bangsa serumpun terbuka semakin lebar, tidak ada lagi prasangka-prasangka, yang ada hanya bagaimana mengukuhkan tali yang telah ada berabad abad terjalin melalui hubungan ras, yaitu ras Melayu.

Ketika masa jabatan Jenderal H.A. Thalib berakhir, masyarakat Malaysia banyak yang sedih, bahkan  pemerintah  Malaysia minta agar masa kerja  Jenderal H.A. Thalib di perpanjang satu tahun lagi, tetapi saat itu tidak dikabulkan oleh Jakarta. Saat melepaskan keberangkatan H.A. Thalib ke Indonesia, banyak warga Malaysia yang menunggu disepanjang jalan hanya untuk sekedar bersalaman sebagai tanda hormat terhadap jasa dan pengabdian  tulus yang dipersembahkan oleh Jenderal H.A. Thalib.

Sebagai Duta Besar, Jenderal H.A. Thalib telah behasil menjalin dan meningkatkan kembali hubungan baik antara Indonesia dengan Malaysia, ia juga telah berhasil menyatukan rumpun Melayu yang  terpecah  akibat  konfrontasi pada masa berkuasanya ORLA. dan sebagai penghormatan dan penghargaan pemerintah Malaysia terhadap jasa dan pengabdian Jenderal H.A. Thalib, maka ia diangkat sebagai warga kehormatan dengan gelar ”Tan Sri”  sebuah gelar kehormatan Kenegaraan Malaysia, dan istri beliau Nurdjanah juga mendapat Gelar “Puan Sri”. Penobatan dilakukan di Istana Negara Kerajaan Malaysia pada bulan Juli 1972, dan dari negara bahagian Pahang, Jenderal H.A. Thalib dan istrinya  juga mendapat kehormatan yakni ‘’Datuk” dan “Datin”.

Keberhasilan, kebersahajaan dan sikap Jenderal H.A. Thalib tidak hanya membanggakan bangsa indonesia, lebih dari itu orang suku Kerinci yang berada di Malaysia pada saat itu semakin percaya diri dan ternyata antara suku Melayu Kerinci dan Melayu Malaysia merupakan suku bangsa serumpun. Sampai saat ini secara umum hubungan baik antara orang Kerinci (TKI), Mahasiswa Kerinci dan dengan sesama keturunan suku Kerinci di Malaysia telah terjalin hubungan yang harmonis (Sayuti Hamzah), Orang Kerinci di Malaysia dapat hidup rukun, dan sangat jarang terjadi hal hal yang tak mengenakkan bagi orang suku Kerinci yang ada di Malaysia. Orang Kerinci adalah tipe pekerja keras dan memiliki solidaritas  yang tinggi terhadap sesama keturunan suku Kerinci. 

Umumnya orang orang Kerinci ‘Mengelompok’ dalam pemukiman sesuai dengan asal dusun mereka masing masing, mereka membuat semacam wadah organisasi sosial berupa kelompok kelompok pengajian dan yasinan, jika ada musibah kematian atau kegiatan pernikahan warga Kerinci dikelompok masing masing saling membantu. Di Malaysia rasa kesetiakawanan dan solidaritas sesama warga Kerinci cukup tinggi, mereka juga tak segan segan membantu warga Kerinci yang baru pertama kali datang ke Malaysia hingga mereka mendapatkan pekerjaan. 

PENULIS : BUDI VJ. RIO TEMENGGUNG, DKK.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar