Sabtu, 07 Juni 2014

TENGGOROKAN EDISON DILUBANGI GARA-GARA MEROKOK

 

TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA – Rokok mengandung 4.000 zat kimia berbahaya bagi tubuh. Dengan demikian, merokok sama saja dengan membeli racun dan memasukkannya ke dalam tubuh. Hal itu menjadikan merokok sebagai faktor risiko bagi enam dari delapan penyakit penyebab utama kematian. Meski amat berbahaya bagi kesehatan, jumlah perokok di Tanah Air justru terus meningkat.

Sejumlah penyakit penyebab utama kematian yang dipicu kecanduan merokok, antara lain penyakit paru kronik obstruktif, penyakit jantung iskemik, penyakit kardiovaskular, dan penyakit saluran pernapasan atas. Namun, merokok sudah seperti candu bagi sebagian orang.

Edison Poltak Siahaan (75), mantan perokok, mengaku mulai merokok saat berusia 15 tahun. Kala itu, tahun 1953, ia bersama keluarganya berekreasi ke kawasan Puncak, Bogor. Karena hampir semua saudaranya merokok, Edison pun mencoba merokok. ”Merokok biar enggak dingin karena Puncak, saat itu, dingin sekali. Tapi, ternyata badan tetap dingin, mulut saja yang hangat,” ujarnya.

Lambat laun, ia pun kecanduan rokok. Dalam sehari, ia bisa menghabiskan tiga bungkus rokok. Ia mengaku sudah berusaha berhenti merokok, tetapi tidak bisa. Semua tips berhenti merokok dari berbagai sumber sudah dicoba, tetapi tubuh tetap menagih rokok. Bagi Edison, ketagihan rokok melebihi kecanduan narkoba.

Hingga akhirnya pada 2001, Edison harus menjalani operasi pengangkatan kanker pada tenggorokannya yang sudah menjalar di saluran pernapasan, setelah volume suaranya mengecil. Begitu menjerat dan mengikatnya rokok sehingga Edison masih merokok sesaat sebelum menjalani operasi.

Kini, sebuah lubang berada di tenggorokan Edison. Lubang itu menjadi semacam lubang hidung karena ia bernapas melalui tenggorokan. ”Suara saya kecil. Saya tidak bisa menangis, tidak bisa tertawa, tidak bisa berenang. Saya menjadi orang cacat seumur hidup,” tutur Edison, Jumat (30/5).

Selain kecacatan yang dialaminya, Edison menuturkan, secara ekonomi, ia telah mengeluarkan banyak biaya untuk mengobati penyakit kanker yang dideritanya. Hal itu berawal dari kecanduan merokok.

Ketua Tim Dokter Klinik Berhenti Merokok Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Jakarta, Feni Fitriani Taufik, mengatakan, zat kimia utama yang menyebabkan kecanduan pada rokok adalah nikotin. Ketika seseorang mengisap rokok, nikotin yang terkandung dalam rokok akan masuk ke saluran pernapasan, lalu masuk ke dalam darah. Hanya diperlukan 8-10 detik bagi nikotin untuk sampai ke bagian otak.

Saat nikotin sampai ke otak, akan muncul reseptor yang menangkap nikotin itu dan melepaskan dopamin, neurotransmitter yang membantu mengontrol pusat kepuasan dan kesenangan di otak. Karena itu, efek yang muncul saat merokok adalah rasa nyaman dan tenang. Itulah sebabnya perokok, terutama mereka yang mengalami depresi, akan merasa nyaman. Namun, dalam 10-15 menit, kadar dopamin akan turun kembali. Rasa nyaman pun hilang.

Merokok berulang-ulang akan menyebabkan reseptor nikotin dalam otak kian banyak. Tubuh juga akan makin nyaman karena dopamin yang dikeluarkan tambah banyak. Pada kondisi itu, tubuh biasanya akan terus ”menagih” nikotin. Ketika seorang perokok tidak merokok, akan terasa ada yang kurang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar