Sabtu, 28 Juni 2014

SEKILAS SEJARAH TULISAN / AKSARA INCUNG KERINCI

Terjemahan dari ” KERINTJI DOKUMENTS”
Oleh Depati, H. Amiruddin Gusti

Bahagian dari buku: HIKAYAT PATANI “THE STORY OF PATANI”
Oleh :  A. Teeuw dan D.K. Wyat

Disalin ulang Oleh: Budhi .VJ. Rio Temenggung Tuo
DOKUMEN KERINCI

Daftar awal dari pusaka-pusaka orang Kerinci yang bertulisan,dan terjemahan dari naskah-naskah yang ditulis pada daun lontar dari Mendapo Hiang oleh Purbacaraka. Kerinci dalam perjalanan sejarahnya, telah mempunyai hubungan politik dan kebudayaan dengan Minangkabau disebelah utara dan Jambi disebelah timur. Daerah ini sekarang kembali menjadi bahagian dari Jambi. Karena hubungan dekatnya dengan dengan Sumatera Selatan  ia dimasukan kedalam Kepustakaan Sumatera Selatan yang disusun oleh HELIRICH dan WELAN dan diterbitkan oleh Zuid Sumatera Institut (Institut Sumatera Selatan).

Dalam lapangan Kesusastraan tertulis perbedaan yang sangat menyolok antara Minangkabau dan Kerinci, adalah bahwa di Kerinci terdapat banyak dokumen-dokumen atau naskah naskah yang ditulis dalam tulisan Rencong (Kerinci INCUNG), tulisan yang dipergunakan oleh rakyat Kerinci sebelum datangnya tulisan Arab-Melayu bersamaan dengan masuknya agama Islam di Kerinci, dan disimpan sebagai Pusaka turun temurun, sedangkan di Minangkabau hal yang demikian tidak ada sama sekali.


Tulisan Kerinci mempunyai ciri-ciri yang khas dan berbeda dengan tulisan Rencong Rejang dan dengan tulisan-tulisan Melayu Tengah. Dalam tahun 1834, Marsden menerbitkan buku aksara Kerinci. Sejak Abad ke 19, naskah  naskah / dokumen-dokumen ini telah  dijadikan benda Keramat oleh  rakyat Kerinci, sedangkan orang-orang yang ahli dan dapat menulis dan membaca tulisan sudah tiada lagi. Dalam tahun 1903 Kerinci Takluk kepada Pemerintah Kolonial Belanda. Pada tanggal 8 Oktober 1904 Kontrel HK. Manupasa dari Indrapura, Sumatera Barat, menulis surat kepada Lembaga Seni dan Sastra di Batavia (sekarang Jakarta) menerangkan bahwa selama kunjungannya di Kerinci dari bulan Juni sampai bulan November 1903, dia telah mendapatkan dan membawa bersamanya beberapa naskah untuk diberikan kepada Lembaga ini. Beberapa lembar dari naskah tersebut dikirimnya bersama suratnya itu, dan sebahagian lainnya akan dikirimkan kemudian.

Lembaga ”Batavia Society” ini berterima kasih kepada Tuan Manupasa atas pemberiannya itu dan akan senang menerima  lagi sisanya untuk koleksi Museum. Mereka juga minta apakah naskah naskah yang di tulis pada tanduk-tanduk kerbau, bambu, lembaran daun lontar yang kelihatannya tidak berguna bagi kepala kepala suku itu dapat menjadi milik Lembaga ini atau dapat dipinjamkan kepada Lembaga ini.

Lebih lanjut lembaga ini memutuskan untuk meminta Asisten Residen Kerinci untuk mendapatkannya, jika mungkin salinan dari Piagam-Piagam dan Dokumen – Dokumen lainnya yang dipunyai oleh kepala kepala suku di Kerinci itu untuk Perpustakaan Lembaga ini, dan dalam hal mereka berkeberatan yang aslinya di bawa sebentar ke Batavia  maka diharapkan  agar dapat di Potret atau di buat Salinannya.

Sebagai hasil dari permintaan ini, sebuah naskah asli yang bertuliskan Rencong diatas kertas dan salinan-salinan dari beberapa Dokumen/Naskah dapat menjadi milik Lembaga ini. Pada tahun 1916 E. Jacobson mengunjungi Kerinci dan menyalin sejumlah naskah Rencong yang ditulis pada tanduk kerbau, dan beberapa lembar ditulis pada kertas, sekalipun dia sendiri tidak dapat membaca tulisan itu, salinannya sangat jelas sehingga temannya L.C. Westenenk, pada saat menjadi Residen Bengkulu berhasil memecahkan rahasia tulisan ini.

Ia menerbitkan sebuah salinan yang sama betul dan sebuah terjemahan ke dalam Bahasa Belanda dari sebuah naskah,ditulis pada Tanduk Kerbau, dalam catatan dari Batavia Society (TBG 61, 1922, pp 95-100) Salinan Jacobson dan catatan-catatan Westenenk dan terjemahannya  sekarang ada di Leiden University Library, terdaftar dibawah kode; cod. Or 6662 (Perpustakaan Universitas Leiden). Bila pemelik-pemilik dari naskah-naskah yang sangat berharga ini menyadari bahwa naskah naskah itu dapat dibaca. maka keinginannya untuk mengetahui isi naskah-naskah itu akan lebih besar dari pada rasa ketakutannya terhadap resiko-resiko (bahaya) gaib yang disebabkan oleh karena memperlihatkan benda-benda itu kepada orang lain. BJ. O. Schnike telah melihat pusaka itu pada tahun 1929. Kelihatannya ada kemungkinan untuk melakukan suatu penelitian yang lengkap terhadap pusaka-pusaka Kerinci ini. Untuk inilah, saya pada tahun 1941 dua kali mengunjungi  negeri ini. Kunjungan saya telah diatur sedemikian hati hati oleh Kontler H. Velkamp yang juga telah memberikan nasehat nasehat yang berharga dan bantuan bantuan selama penyelidikan saya itu.


Pada kunjungan saya yang pertama(Tgl 5 - 12 April 1941) saya membuat daftar dari 183 macam. Salinan dari daftar ini dikirimkan kepada “The Royal Batavia Society” bahagian Seni dan Sastra, dimana saya mendapatkan sesudah Perang (Peran Dunia ke II ). Terjemahan Bahasa Inggrisnya di cetak di bawah. Pada kunjungan ke dua kalinya (Tgl 1 - 17 Juli 1941) saya mendapat bantuan istri saya dan teman kami Nona Coster, yang keduanya menguasai Aksara Kerinci. Semuanya di disalin dan diterjemahkan dihari pertama kami tinggal di Kota Sungai Penuh, kemudian kami pindah ke rumah peristirahatan di Sanggaran Agung di tepi Sungai Batang Merangin yang mengalir dari Danau Kerinci ke arah Timur. Semua wilayah Kemendapoan yang menyimpan dokumen dan naskah-naskah itu kami kunjungi berkali-kali.

Semua naskah naskah tanduk disalin dan diterjemahkan: naskah pada Kertas di photo dan tulisan tulisan pada Lontar dengan tulisan Jawa yang tidak bias saya baca lansung disalin dengan sangat seksama. Pada saat  terakhir saya tinggal di Sanggaran Agung, saya mendapat izin untuk membaca dengan susah payah (memecahkan) beberapa naskah dibawah pengawasan yang ketat dari wakil pemelik naskah, bertempat tinggal di Pesanggrahan. Banyak naskah naskah yang belum kami lihat sebelumnya dibawa kepada kami.

Daftar baru dibuat yang memuat 252 macam naskah,beberapa diantaranya terdiri dari beberapa garis saja dan beberapa lembar lainnya memerlukan berlembar lembar terjemahan.Seorang Guru Sekolah Dasar dari Sekolah ”Koto Payang I” menemani kami ke kabanjahe dimana dia ikut membantu kami untuk melengkapi dan mengeritik terjemahan terjeman tersebut. Dipertengahan bulan Agustus dia kembali ke Kerinci, membawa bersamanya daftar daftar baru dan melengkapinya.

Hasil Seminar Aksara Incung Kerinci
Pada Bulan Februari tahun 1992, Pemerintah Propinsi Jambi bekerja sama dengan Pemerintah Pusat dan para Budayawan dan Ilmuawan melaksanakan Seminar Aksara Incung.

Hasil Seminar yang dilaksanakan di Kota Jambi telah berhasil menyepakati berbagai langkah dan upaya yang akan di laksanakan dalam rangka menyelamatkan Aksara Incung dari ambang kepunahan, hasil  seminar tersebut telah berhasil membuat rumusan  seperti dibawah ini

RUMUSAN HASIL SEMINAR AKSARA KERINCI DAERAH JAMBI
DI SALIN  SESUAI DENGAN YANG ASLI 
OLEH : BUDHI VRIHASPATHI JAUHARI

SUMBER: DEPATI H. AMIRUDDIN GUSTI, DEPATI H. HASYIMI, BA
 ISKANDAR ZAKARIA DAN HJ. AIDA ROSNAN, BA

Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan dengan memperhatikan pidato Sambutan dan Arahan Bapak Gubernur KDH. TK. I. Jambi, kajian dan sajian dari para pemakalah, serta masukan dari para peserta seminar, dalam kaitannya dengan upaya Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan Daerah Jambi, kami peserta seminar yang mewakili seluruh masyarakat di Daerah Tingkat I Jambi, bersepakat dengan kesimpulan sebagai berikut:
  1. Daerah Jambi memiliki Aksara Daerah yang disebut  Aksara  INCUNG  JAMBI, yang salah satu sumbernya  adalah Aksara  Kerinci.
  2. Aksara INCUNG Jambi perlu dilestarikan, difungsikan dan Ditumbuh kembangkan sebagai sarana kebudayaan daerah  Jambi disamping kebudayaan lainnya.
  3. Agar supaya memasyarakatkan Aksara Incung Jambi melalui Lembaga Pendidikan sekolah dan luar sekolah di Propinsi Jambi
  4. Perlu di usahakan oleh semua pihak, baik secara terpadu berbagai instansi Pemerintah, maupun secara individual, agar Naskah naskah karya sastra dapat diselamatkan. 
  5. Perlu diupayakan peralatan teknis untuk dapat memproduksi secara masal, buku buku  beraksara Incung Jambi dan memuat ungkapan-ungkapan tradisional Jambi dalam rangka Pembentukan jati diri anggota masyarakat Jambi, yang berwawasan kebangsaan Indonesia
  6. Bentuk-bentuk dan sistim ejaan aksara Incung Jambi terlampir  bersama kesepakatan ini.

Jambi, 29 Februari 1992
Kerabat Perumus Hasil Seminar
H. Zubir Mukti              
Drs. Basri Jirin             
H. Idris Djakfar, SH      
Hj. Aida Rosnan, BA     
H. Hasyimi, BA             
Amiruddin Gusti 
Dra. Astuti Hendrato
H. Buhari
A. Hady
Drs.Usman Salim
Drs. Azhar Wahab
Drs. Ilyas Latif
Enggus S
M. Nazir
Yahya Ganda
Iskandar Zakaria

Di bumi alam Kerinci disamping memiliki aksara Incung dan menyimpan berbagai naskah naskah kuno, masyarakat asli Kerinci juga memiliki bahasa dan  beragam logat/dialeg  Bahasa asli penduduk alam Kerinci disebut dengan bahasa Kerinci, dan bahasa Kerinci menurut data yang ada menyebutkan terdapat lebih 170 macam dialeg/logat dan mempunyai bentuk yang lain dari bahasa dan logat dari suku suku bangsa yang lain di nusantara, letak perbedaan utamanya ada pada kata dasar (Monografi Jambi 1976:51). 

Contoh perbedaan tersebut antara lain adalah:

No
Bahasa Kerinci
Bahasa Melayu
1
Tebeou
Tebu
2
Babai / Jukeouk
Babi
3
Timaung
Timun
4
Mpong
Kamu
5
Bheh
Beras
6
Nasai
Nasi
7
Iko
kamu/anda
8
Kakai
Kaki
9
Malalai
Bandel
10
Sudeou
sendok
11
Janteang
Jantan/laki laki
12
Kalimpan
Kelilipan
13
Kumo
Ke sawah
14
Puseik
Mainan
15
Kucek
Kucing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar