Sabtu, 28 Juni 2014

SEJARAH SINGKAT PERANG PULAU TENGAH


Masjid Tua Pulau Tengah

Pada awalnya orang Kerinci mulai dari Tamiai sampai Siulak, Negeri sudah aman, tetapi pada batinnya masih belum menyenangkan karena adanya penjajahan Belanda.

Maka tiap Negeri dan Dusun, Rakyatnya berkumpul ke Pulau Tengah, sehinga dalam tempo 16 hari Dusun Pulau Tengah sudah dibangun benteng dengan batu, cuma yang terbuka sebelah Danau saja. Tebalnya benteng itu 3 hasta, yang di kepalai oleh “Depati PANGREBO”

Setelah mereka siap dengan alat perangnya, maka pada tiap-tiap rumah digali lobang. Disanalah setiap kepala keluarga menyimpan anak istri dan harta bendanya kecuali padi yang tertinggal di lumbung.
 
Kemudian, mereka megirim surat ke Rawang dua Lembar yang isinya sama :
1.   Kepada Kapten Militer
2.   Kepada Tuanku Regent Sultan Muhammadsyah

Dalam surat itu berbunyi :
Menyatakan bahwa Alam Kerinci dengan Rakyatnya tidak bertakluk kepada Belanda dan sekalian serdadu yang ada di Rawang, akan dibunuh mati. Demikian pula kalau Tuanku Regent memihak kepada Belanda akan dicincang lumat. Diberitahukan kepada Belanda sekalian kami di Alam Kerinci sudah berkumpul di Pulau Tengah menunggu  dalam tempo 3 hari, kalau Belanda tidak datang, kami akan datang membunuh sekalian Belanda.

Sebaik mungkin surat ini sudah diterima maka sekalian serdadu siap berjumlah 500 orang, Cuma tinggal menjaga Dusun Rawang 12 orang.

Kontlert Manupasak dan Regent ikut bersama. Perang pun di mulai sehingga Belanda terdesak, kalau tidak datang tambahan bantuan serdadu niscaya Kontlert Belanda dan Regent tinggal nama saja lagi. Perang Pulau Tengah ini berlangsung selama 3 Bulan, dengan benteng batu sebagai pertahanannya dan dubalang-dubalangnya nya yang pemberani.

Dalam Perang Pulau Tengah inilah serdadu Belanda banyak mati. Bala bantuan orang Kerinci bertambah banyak, ada yang datang dari Kerinci Hulu dan Kerinci Hilir, semua bantuan itu datang pada malam hari, menyusuri barisan pegunungan. 

Maka pihak Belanda juga tak ketinggalan, datang bantuan serdadu dari Padang sebanyak 1000 orang. Selain Senapan, ada 6 pucuk Meriam. Serdadu ini dikepalai oleh Obos yang bernama Paner Sten. Bantuan Serdadu dari Jambi juga datang, yaitu serdadu sisa perang di Tanjung Muara Pasumai sebanyak 600 orang. 

Perang terus berlangsung dengan dahsyat. Meriam terus menembak Benteng pertahanan rakyat Pulau Tengah selama tiga hari-tiga malam, maka benteng pun roboh. Serdadu Belanda akhirnya dapat memasuki dusun Pulau Tengah dan kemudian melakukan pembakaran rumah-rumah penduduk, akhirnya habis rumah-rumah penduduk tersebut, cuma Rangkiang padi yang tinggal.

Setelah lima hari lima malam, maka hujan pun turun, api pun padam. Tuanku Regent memeriksa dusun itu maka di dapati bahwa di tiap-tiap rumah ada lubang yang berisi mayat-mayat yang bergelimpangan karena telah dilalap api, pada setiap lubang ada 4, 5, dan 10 mayat yang terdiri dari perempuan dan anak-anak.

Ringkasnya, selesailah Riwayat Perang Terlama di Kerinci. Kontlert Belanda kembali ke Indrapura, serdadunya kembali lagi ke Padang. Sedangkan Regent tetap tinggal di Alam Kerinci bersama St. Gandam dan St. Sidi. Sementara serdadu yang tinggal bersama Regent lebih kurang 300 orang di Sanggaran Agung. Regent tersebut membuat jalan-jalan, seperti dari Sungai Penuh -  Sanggaran Agung dan dari Sungai Penuh - Semurup.

01 Januari 1905, wakil Pemerintah Sipil dikirim ke Kerinci yaitu Asisten Resident bernama Van De Bosh bertempat tinggal di Sanggaran Agung karena Sanggaran Agung adalah Ibukota Kerinci pada saat itu.

Pada Bulan Maret 1905, Tuanku Regent kembali ke Indrapura setelah lama ditugaskan di Kerinci.

Pada tahun 1906, Pangeran Haji Umar yang merupakan anak Sulthan Thaha Syaifuddin, ia datang dari Jambi, memang terkenal pemberani. Pada saat itu ia datang ke Kerinci setelah melalui hutan belantara. Pangeran Haji Umar, pada saat perang melawan penjajah di Jambi, ia sudah terbiasa keluar masuk hutan. 

Setelah terdengar kabar Pangeran Haji Umar tersebut, maka Göövernóór Padang mengirim serdadu 200 orang ke Kerinci dan singgah dulu di tempat Tuanku Regent Indrapura untuk minta seorang utusan kepercayaan Regent agar turut serta ke Kerinci supaya orang Kerinci lemah hatinya dan tidak melakukan perlawanan.

Saudara tua Regent yang bernama St. Salim gelar St. Sahirullah dan St. Iradat bergabung dengan serdadu Belanda pergi ke Kerinci. Setelah sampai di Sanggaran Agung, Asisten Van de Bosh memberi tahu bahwa semasa Pangeran Haji Umar di Kerinci, serdadu-serdadu Sanggaran Agung tidak berani keluar karena setiap Dusun dan Mendapo sudah memotong kerbau membuat perjanjian dengan Pangeran Haji Umar, bahwa Serdadu Belanda yang ada di Kerinci akan dibunuh semuanya dan kemudian akan terus pergi ke Indrapura untuk membakar dan membunuh Tuanku Regent dan Kontlert.

Belanda pun sebenarnya sangat kerepotan menghadapi Pangeran Haji Umar dan rakyat Kerinci. Setelah sekian lama, perlawanan rakyat Kerinci dapat dipatahkan. Belanda mulai memberikan denda yang sangat besar / hukuman kepada rakyat yang melakukan perlawanan, baik denda berupa beras, kerbau, uang, dll, sehingga rakyat bisa kelaparan. Maka atas saran Tokoh Kerinci akhirnya tidak ada lagi perlawanan dan Pangeran Haji Umar akhirnya melarikan diri ke Malaysia. Namun ada juga yang mengabarkan beliau tewas di tembak Belanda.

Dan masih pada tahun 1906, kedudukan Asistent Resident Van de Bosh pindah ke Sungai Penuh. Pada Tahun 1911, Tuanku Regent diberhentikan oleh Belanda. Itulah bukti kelicikan Belanda, berbudi baik jika ada maunya. Kata pepatah ; habis manis sepah dibuang. 

Kisah ini di ambil dari catatan :
1.   St. Iradat. Pucuk Adat Negeri Indrapura.
2.   Mmd. Muhammad Dalil Gelar Sultan Gandamsyah.
3.   Mmd. Chalifah mohd Yusuf.
4.   Mmd. Sab’i M. Ali.
5.   Saidina Muala Latif Indrapura.

Walloohu A’lam. 
(Di edit seperlunya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar