REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yayasan Mahasiswa Penyayang
Kanak-kanak (Swayanaka) Indonesia, Sabtu (31/5), meluncurkan 'Duta Cilik
Anti Rokok' dalam rangka memperingati World No Tobacco Day (WNTD).
Rosita Handayani, Project Officer WNTD, mengatakan anak-anak merupakan agen yang tepat untuk membuat perubahan.
"Yang menjadi korban dari perokok itu nggak cuma yang ngerokok aja, tapi juga perokok pasif yang 91 persennya anak-anak,'' kata Rosita, kepada Republika Online, Sabtu (31/5).
''Makanya, kita membuat acara yang berfokus pada perlindungan anak,'' katanya. ''Bukan menyuruh orang untuk berhenti merokok."
Rosita menilai saat ini upaya pemerintah dalam melindungi anak dari
paparan asap rokok masih sangat kurang. Kebanyakan lembaga-lembaga
kesehatan pemerintah hanya fokus pada perokok aktif dan kurang
memperhatikan anak-anak sebagai perokok pasif.
Orang tua dan keluarga pun memegang peranan penting. Sebagai
orang-orang terdekat, mereka harus menjadi lini terdepan untuk
melindungi anak-anak dari asap rokok.
Tapi, menurut Rosita, kenyataannya justru mereka juga berperan aktif memunculkan bahaya asap rokok.
"Orang tua kadang ngerokok di dekat anak tanpa rasa bersalah dan tanpa melindungi anak mereka dengan masker. Jadi, kesadaran mereka masih sangat kurang," katanya.
"Orang tua kadang ngerokok di dekat anak tanpa rasa bersalah dan tanpa melindungi anak mereka dengan masker. Jadi, kesadaran mereka masih sangat kurang," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar