Selasa, 29 Juli 2014

TIPS MENANAMKAN CINTA PADA ALLOH & ROSULNYA



http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/mencintai-allah-ilustrasi-_120430055434-789.jpg

Keimanan tidak akan menjadi kuat tanpa adanya rasa cinta (mahabbah). Rasa cinta itu dapat ditimbulkan dengan suatu pembiasaan yaitu dengan mengubah lingkungan sekitar, sehingga senantiasa mengingatkan kita kepada orang yang kita cintai. Tanpa sadar seluruh diri kita akan terbiasa dekat dengan lingkungan yang senantiasa berada di sekitar kita dan timbul rasa cinta yang begitu kuat tertanam sangat dalam. 

Berikut adalah langkah untuk menumbuhkan rasa cinta kepada Alloh dan Rosululloh Shollalloohu ‘Alaihi Wa Sallam pada diri Anak:

Rasa Cinta Kepada Alloh
"Katakanlah, jika engkau (benar-benar) mencintai Alloh, ikutilah aku, niscaya Alloh mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Alloh Maha Pengampun lahi Maha Penyayang". (QS. Ali Imran: 31)

Ibnu Taimiyah berkata: "Sungguh kasihan para penduduk dunia, keluar dari dunia dan belum merasakan sesuatu yang paling nikmat dari Nya". Ada yang bertanya, "Apa yang paling nikmat dari Nya?". Dia menjawab: "Cinta Alloh Subhaanahu Wa Ta’ala".

Rasa cinta kepada Alloh (mahabbatulloh) adalah rasa cinta paling tinggi yang dapat diwujudkan seorang hamba kepada Tuhannya. Mencintai Alloh menjadi bentuk syukur yang paling indah dari seorang makhluk kepada penciptanya. Anak-anak pun sedari dini dapat diajarkan untuk mengenal Alloh Subhaanahu Wa Ta’ala

Setelah mengenal dirinya dan mengenal Alloh Subhaanahu Wa Ta’ala dengan baik serta terbiasa beribadah semata karena Alloh Subhaanahu Wa Ta’ala, anak dapat dilanjutkan kepada tahap berikutnya. Yakni tahapan untuk belajar mencintai Alloh Subhaanahu Wa Ta’ala.

Berikut beberapa langkah efektif untuk mengajak anak mencintai Alloh Subhaanahu Wa Ta’ala:

Seringlah menyebut asma-Nya.
Kita terbiasa untuk mengucapkan kalimah thayyibah atau kata-kata yang baik dan mengingatkan kepada Alloh Subhaanahu Wa Ta’ala, akan mudah untuk mengajak anak berbicara baik sekaligus ingat kepada Alloh. Hal ini memang tidaklah mudah dilakukan karena pengaruh eksternal yang luar biasa besar. Tapi, kita bisa mengupayakan untuk meminimalisir pengaruh luar dengan banyak memberikan input positif untuk otak anak-anak kita.

Ajari Untuk memahami sifat-sifat Allah
Sifat-sifat Alloh Subhaanahu Wa Ta’ala yang tersurat dalam Asmaul Husna layaknya senantiasa kita ajarkan kepada anak. Baik dalam situasi belajar maupun bermain. Asmaul Husna pun bisa kita selipkan dalam doa sehari-hari dan dilakukan secara bergantian dari 99 sifat yanga ada. Insyaa Alloh, sifat-sifat Alloh Subhaanahu Wa Ta’ala akan tertanam kokoh dalam jiwa anak.

Ajari Bersyukur.
Sewaktu dalam kondisi gembira (otak dalam keadaan alpha) sebutlah bahwa nikmat dan rasa gembira ini datang dari Alloh Subhaanahu Wa Ta’ala. Anak-anak yang kondisi otaknya dominan dalam keadaan alpha adalah saat terbaik untuk mengajari bersyukur kepada Alloh Subhaanahu Wa Ta’ala. Jelilah melihat peristiwa yang bisa kita jadikan momen untuk mengajari anak bersyukur. Walaupun peristiwa tersebut kecil namun jika membekas dalam hati anak, pasti anak akan paham bahwa kita harus bersyukur kepada Alloh Subhaanahu Wa Ta’ala.

Kaitkan semua kebaikan dengan Allah SWT.
Semua kebaikan yang kita terima pada hakikatnya adalah karena Alloh Subhaanahu Wa Ta’ala. Bagaimana cara menyampaikan hal itu kepada anak-anak kita?. Alloh harus senantiasa berada di lisan dan hati seorang ibu. Seorang ibu yang di hatinya selalu mengingat Alloh, dengan tulus merupakan tenaga yang amat kuat untuk menularkannya kepada anak. Anak yang sudah tertulari hal positif dari ibunya akan mudah mengaitkan segala apapun kepada Alloh Subhaanahu Wa Ta’ala.

Lakukan dengan dialogis.
Jangan dikira anak-anak kita tidak bisa diajak berdialog. Semua anak bisa kita ajak diskusi dengan cara yang sesuai dengan usia mereka. Semakin anak diajak diskusi, akan lebih mudah menerapkan sesuatu yang disepakati bersama. Mengajak anak untuk memulai segala sesuatu dengan basmalah misalnya, akan lebih berarti jika mereka sudah memahami dengan benar mengapa mereka harus melakukan seperti itu.

Rasa Cinta Kepada Rosululloh Shollalloohu ‘Alaihi Wa Sallam
"Sesungguhnya telah ada pada diri Rosululloh itu suri teladan yang baik bagi orang yang menghendaki Alloh dan hari akhir". (QS. Al Ahzab: 2)

Inti dari rasa cinta kepada Rosululloh Shollalloohu ‘Alaihi Wa Sallam adalah menjadikannya lebih kita cintai dari pada diri, harta dan anak-anak kita sendiri. Mencintai Rosululloh Shollalloohu ‘Alaihi Wa Sallam merupakan salah satu pondasi keislaman kita. Bahkan keimanan kepada Alloh Subhaanahu Wa Ta’ala, tidak akan sempurna kecuali dengan mencintainya.

Cinta Rosululloh Shollalloohu ‘Alaihi Wa Sallam sebaiknya juga kita ajari kepada anak sedini mungkin. Semakin dini akan semakin tertanam dalam  diri anak. Banyak cara yang bisa kita tempuh untuk mengajari anak untuk mencintai Rosululloh Shollalloohu ‘Alaihi Wa Sallam berikut diantaranya:

Sering bersholawat Kepadanya.
Sebelum berdosa lantunkan shalawat dengan keras sehingga anak bisa mendengar dan mengikutinya. Pada berbagai acara yang mengumandangkan shalawat, anak bisa kita ajak untuk ikut serta. Di rumah pun sering-seringlah bershalawat, misal saat menidurkan si kecil.

Ceritakan Kisah-kisahnya.
Kisa nabi dan rasul kini bisa kita dapatkan dalam berbagai media, baik itu buku, CD, VCD, atau DVD. Semua kita bisa manfaatkan agar anak bisa lebih mudah memahami kisah-kisah Rosululloh Shollalloohu ‘Alaihi Wa Sallam. Selain itu kita juga menggunakan sarana-sarana yang lain seperti puzzle, permainan anak tangga anak shaleh, atau permainan kartu yang berhubungan dengan kisah nabi. Permainan seperti ini selain menarik juga menjadi alat untuk bermain sambil belajar.

Ceritakan betapa mulia dirinya
Jangan bosan untuk menceritakan betapa mulianya beliau. Imbangi dengan darana yang memadai. Kalau cerita-cerita yang sedang populer sekarang dijadikan bandingan, mengapa tidak? Misalnya saja sambil anak-anak mengagumi kehebatan Naruto, kita juga gambarkan betapa para nabi juga mempunyai kisah yang luar biasa.

Jalankan sunnahnya
Rosululloh Shollalloohu ‘Alaihi Wa Sallam sebagai pribadi yang mulia dan diakui sebagai tokoh yang paling berpengaruh di dunia sepatutnya menjadi panutan keluarga. Ayah hendaknya meniru perilaku dan menjalankan sunnahnya. Ibu juga demikian adanya, sehingga anak tinggal meniru perilaku mulia kedua orang tuanya bukan?

Lakukan secara dialogis
Sekali lagi, pelaksanaan sesuatu akan lebih mantap setalah anak menyepakati dan memahaminya. Tidak ada cara yang lebih baik ketimbang dialog. Jadikan dialog sbagai metode yang paling diperhitungkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar