Pertanyaan
Saya mau bertanya tentang shalat
witir dua rakaat setelah itu salam lalu ditambah satu raka’at lagi dan salam
sehingga shalat witirnya menjadi 3 rakaat. Apa landasan amalan ini? Atas
penjelasan ustadz, saya ucapkan terima kasih. 0878348xxxxx
Jawaban
Shalat witir adalah salah satu shalat sunnah yang sangat dianjurkan pelaksanaannya. Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda :
اجْعَلُوا آجِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا
Jadikanlah shalat witir sebagai akhir shalat kalian di malam hari.
(HR al-Bukhâri no. 948)
Dalam pelaksanaan shalat witir
ini, Nabi shallallâhu 'alaihi wasallam telah mencontohkan beberapa cara, diantaranya
dengan praktek yang saudara tanyakan. Tiga rakaat tersebut boleh dilaksanakan
dalam dua cara.
Pertama, dilakukan dengan dua rakaat lalu salam kemudian disempurnakan dengan satu rakaat sebagai rakaat ketiganya. Praktek seperti ini pernah dilakukan oleh Ibnu Umar radhiyallâhu'anhu sebagaimana dijelaskan imam Nâfi’ rahimahullâh dalam pernyataan beliau:
أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يُسَلِّمُ بَيْنَ الرَّكْعَتَيْنِ
وَ الرَّكْعَةِ فِيْ الوِتْرِ حَتَّى يَأْمُرَ بِبَعْضِ حَاجَتِهِ
Sesungguhnya Abdullah bin Umar radhiyallâhu'anhu pernah salam (mengakhirkan
shalat) antara dua rakaat dengan satu rakaat dalam witir hingga memerintahkannya untuk memenuhi sebagian kebutuhannya. (HR al-Bukhâri no. 991 dari Imam Mâlik dalam al-Muwatha’ 1/125. Lihat kitab
Irwâ’ul Ghalîl 2/148 no.418).
Bahkan Ibnu Umar radhiyallâhu'anhu sendiri menyatakan:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَفْصُلُ الشَّفْعَ وَ الْوِتْرَ بِتَسْلِيْمٍ يُسْمِعُنَا
Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam pernah memisahkan antara dua rakaat
dan yang satu (dalam witir) dengan salam yang bisa kami dengar [1]
Oleh karena itu Ibnu Hibbân rahimahullâh dalam kitabnya Shahih Ibni Hibbân
memberikan satu bab yang diberi judul, “Penjelasan Tentang Hadits yang
Menunjukkan Nabi shallallâhu 'alaihi wasallam Pernah Memisahkan Antara
Dua Raka'at dan yang Ketiga dengan Salam”.
Kedua, dilakukan secara bersambung tiga raka’at dengan satu salam yaitu setelah raka’at ketiga. Praktek seperti ini dijelaskan oleh Ummul mukminin ‘Aisyah radhiyallâhu'anha dalam pernyataannya :
مَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَزِيْدُ فـِي رَمَضَانَ وَ لاَ فـِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَتً يُصَلِّى أَرْبَعً فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَ طُوْلِـهِنَّ ثُـمَّ يُصَلِّى أَرْبَعً فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَ طُوْلِـهِنَّ ثُـمَّ يُصَلِّى ثَلاَثً
Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam pada bulan Ramadhan dan diluar
Ramadhan tidak pernah shalat lebih dari sebelas rakaat, Beliau shallallâhu
'alaihi wasallam shalat empat rakaat, jangan tanya tentang bagus dan panjangnya
shalat beliau. Kemudian shalat lagi empat rakaat, jangan tanya tentang bagus
dan panjangnya shalat beliau. Kemudian beliau shallallâhu 'alaihi wasallam
shalat tiga raka’at. (Muttafaqun ‘alaihi).
Walloohu a’lam.
|
(Soal-Jawab: Majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun XIV)
Sumber : Shahîh Fiqhus Sunnah 1/388).
Sumber : Shahîh Fiqhus Sunnah 1/388).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar