Selasa, 29 Juli 2014

TIPS MENGHADAPI PSIKOTES



Persiapan Menghadapi Psikotes
Jika suatu ketika Anda mengikuti psikotes, konsultan pada Dunamis Intermaster, Tomy Sudjarwadi, menyarankan untuk mempersiapkan beberapa hal sebagai berikut:

Pertama, Anda harus yakin terlebih dahulu bahwa posisi yang akan dimasuki lewat tes itu bukan semata-mata karena pertimbangan ekonomis, yakni untuk mendapatkan pekerjaan dan uang saja. Namun, harus ada unsur kecocokan dengan kemampuan.

Kedua, persiapkan diri dengan istirahat yang cukup. Seringkali, seseorang sebenarnya mampu mengerjakan tes. Namun, ketegangan membuat hasil tes menjadi jelek. Oleh karena itu, Anda harus beristirahat satu atau dua hari sebelumnya agar kondisi fisik menjadi prima.

Ketiga, jangan melihat jawaban orang lain. Pasalnya, hal tersebut akan membuat hasil Anda bertentangan dengan kondisi pribadi yang sesungguhnya. Isilah apa adanya. Jangan lupa untuk menjawab apa yang Anda ketahui terlebih dahulu.

Keempat, setiap psikotes ada pemetaannya. Artinya, setiap tes ada tujuannya. Ada tes ketelitian, kreativitas, dan kecerdasan. Hal-hal seperti ini harus di antisipasi dari awal. (Sumber: Tempo News Room)

Psikotes Mengukur Potensi Dasar Yang Dimiliki
Berbohong saat tes wawancara bukan hanya tak berguna, tapi juga bisa membuat Anda tidak diterima. Lebih bijaksana bila pertanyaan dijawab apa adanya, spontan, langsung ke pokok persoalan, tidak mengada-ada, tidak menggurui, dan sopan. 

Wawancara dalam tes psikologi (psikotes) sebenarnya satu paket dengan tes tertulisnya. Tes ini bertujuan mencari orang yang cocok dan pas, baik dari tingkat kecerdasan, serta sifat dan kepribadian. Istilah kerennya mendapatkan "the right man in the right place."

Dalam hal bobot jawaban, misalnya, apakah ia memberikan jawaban yang berbelit-belit. Sedangkan kelancaran dalam menjawab biasanya dinilai dari berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh seorang untuk menjawab pertanyaan. 

Dalam wawancara psikologi diperlukan jawaban yang tidak mengada-ada. Misalnya, apabila ditanya alamat, sebut saja alamat kita. Tidak usah ditambah-tambah. 

Tujuan berikutnya dalam tes wawancara adalah menggali data yang tidak didapatkan dari tes tertulis. Sering juga terjadi hasil tes tulis bagus, tapi hasil wawancaranya kurang meyakinkan. 

Untuk mengurangi risiko gagal, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Yang pertama, Kerapian dan kesopanan berpakaian juga dipertimbangkan. Sikap pun memberikan nilai penting. Menempatkan diri pada posisi yang tepat. Sebaiknya bersikap wajar saja, tidak dibuat-buat.

Selain itu dinilai pula kesopanan yang sesuai dengan norma. Misalnya, mengetuk pintu bila akan masuk ruangan, atau kalau belum dipersilakan duduk, ya, jangan duduk dulu. Dalam menjawab pertanyaan tidak bertele-tele, langsung pada inti masalah. Kemudian menjawab secara jujur, tidak perlu ditutup-tutupi. 

Jangan pula menjawab dengan sombong, misalnya mengaku sebagai atlet yang sudah keliling ke banyak negara dan memiliki segudang prestasi. Yang tidak kalah penting, tidak usah bertanya. Meski merasa optimistis dengan hasil tes tulis dan merasa bisa mengerjakan, tidak perlu bertanya mengenai hasilnya. (GCM/is)

Wawancara biasanya dilakukan untuk melengkapi hasil tes tertulis. Hal-hal yang tidak mungkin diperoleh dari tes tertulis akan digali melalui proses wawancara. Dalam hal ini, Anda dituntut untuk benar-benar menguasai bidang pekerjaan yang Anda lamar, sehingga pertanyaan apa pun yang diajukan dapat dijawab dengan memuaskan. (Sumber: GloriaNet)


Tujuan Psikotes / Wawancara

Wawancara memberikan kesempatan untuk menjelaskan secara langsung pengalaman, pengetahuan, ketrampilan, dan berbagai faktor lainnya. Selain itu wawancara juga untuk menunjukkan kemampuan interpersonal, professional, dan gaya hidup atau kepribadian pelamar. Wawancara merupakan salah satu cara untuk menemukan kecocokan antara karakteristik pelamar dengan pekerjaan yang ditawarkan.

Secara umum tujuan dari wawancara kerja adalah:
1.     Untuk mengetahui kepribadian si pelamar
2.     Untuk mendapatkan informasi tambahan yang diperlukan selain tes tertulis.


MENGATASI PERTANYAAN YANG BERSIFAT PRIBADI
Di Indonesia seringkali pewawancara justru banyak menggali masalah-masalah yang bersifat pribadi.

Contoh: Menanyakan latar belakang pelamar (orangtua, saudara, istri, suami, anak, status, agama, suku bangsa, umur) adalah merupakan hal yang dianggap biasa. Pelamar harus menyiapkan diri untuk merespon pertanyaan-pertanyaan tersebut secara tepat.


HAL-HAL BERIKUT HARUS ANDA PERHATIKAN :
(1) Melatih diri untuk menjawab pertanyaan yang kira-kira akan diajukan pewawancara.
(2) Berpakaian rapi dan sopan sesuai standart ketimuran dan jangan berlebihan/mencolok.
(3)     Jangan datang terlambat.
(4)     Jangan Merokok, mengunyah permen atau bersandar.
(5)     Jangan berbicara terlalu keras atau terlalu lembut.
(6)     Jangan Membuat lelucon / melucu.
(7)     Jangan menjawab "tidak tahu" atau "entahlah".
(8)     Jangan terlalu lama berpikir setiap kali menjawab.
(9)    Jangan sekali-kali mengalihkan topik pembicaraan ke hal-hal yang tidak ada hubungan dengan pekerjaan.
(10) Jangan menyalahkan mantan atasan, mantan rekan kerja atau jangan menjelek-jelekkan tempat kerja yang lama.
(11)  Jangan memberikan jawab palsu, berbohong atau memanipulasi.
(12) Jangan menelpon atau menerima telepon, (sebaiknya hand phone dimatikan sewaktu wawancara).
(13) Jangan lupa mengucapkan terima kasih kepada para pewawancara

Cara Berpakaian Yang Baik Dalam Wawancara
1.     Berpakaian rapi dan bersih, tidak kusut.
2.     Berpakaian dengan warna yang tidak mencolok / norak.
3. Tidak berlebihan dalam menggunakan wewangian dan perhiasan. (Sumber: Kompas Cyber Media kcm)

Selamat mencoba dan semoga anda sukses diterima bekerja dan menemukan pekerjaan sesuai dengan yang anda inginkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar