Untuk belajar kita tidak mengenal
batas usia, tua atau muda, masih harus belajar, hingga kita sudah tidak bisa
belajar lagi, dengan kata lain sudah ke liang lahat, barulah kita berhenti dari
belajar. Ternyata semakin banyak kita belajar, semakin bertambah pula ilmu,
semakin banyak kekurangan. Pelajar yang baik tidak akan terhenti pada satu
tujuan atau hasil, akan terus kita mencari, mencari dan mencari lagi.
Serakah atau haus ilmu, agama amat menganjurkannya, tetapi kalau haus harta,
agama amat melarangnya, apalagi sampai melakukan tindakan korupsi yang
merugikan banyak pihak termasuk rakyat.
Maslahnya untuk apa
kita belajar, ya pastinya supaya kita pintar, Jika sudah pintar yang
diharapakan supaya kita bisa hidup dari kepintaran kita ini, jangan
dipergunakan untuk membodohi orang. Alangkah bagusnya jika kepintaran dapat
dipergunakan untuk hal – hal yang positif, dan dapat ditransfer kepada orang
lain, agar orang lain juga bisa hidup dari kepintarannya itu. Banyak contoh
kepintaran yang ditularkan, guru transfer ilmunya kepada muridnya, penulis
transfer ilmu menulis kepada orang yang berminat mejadi penulis, dsb.
Islam sangatlah
menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu, Pribahasa Arab, “Tuntutlah Ilmu walau sampai ke Negeri
China”, ini membuktikan bahwa negeri China itu telah mengalami kemajuan
yang pesat. Ayat Al-Qur’an yang pertama diturunkan berisi perintah
bahwa kita harus selalu “Membaca”. Jika urutan pertama itu
menggambarkan sebagai sesuatu yang amat penting, maka
membaca adalah merupakan bagian dari ajaran Islam yang
harus mendapatkan perhatian saksama.
Apalagi pada
kenyataannya, kemampuan membaca selalu merupakan pintu meraih sukses.
Siapapun yang berhasil dalam berbagai lapangan kehidupan
ini, ternyata diwali dari kemampuannya membaca keadaaan
secara benar dan tepat. Dengan membaca berarti kita dapat memperbanyak ilmu,
karena sebagian besar orang – orang pintar men-transfer ilmu melalui media
“buku”.
Untuk belajar hal –
hal baik apalagi sesuatu yang menginspirasikan hidup agar lebih baik dan
termotivasikan tidaklah perlu ke negeri China. Ternyata banyak hal – hal di
sekeliling kita yang bisa kita yang juga harus kita baca, jadikan acuan
pelajaran hdup, agar kita memiliki spirit hidup lebih bervariasi dan bermakna
serta bermanfaat. Spirit hidup ternyata sangat diperlukan dalam kehidpan yang
serba komplek ini. Entah apa jadinya jika kita tidak memiliki spirit hidup.
Banyak orang, karena kehilangan spirit ini, mencari alternatif lainnya, yang
memperlakukan dirinya dengan sewenang – wenang karena berputus asa.
Mengalihakan kehidupan kepada Minum – minuman keras, Narkoba, Dugem, merokok
dan lain sebagainya adalah sebuah pelarian dari ketidakberhasilan hidup atau
sudah tidak memiliki spirit hidup.
Cobalah sekali – kali
untuk menambah spirit hidup, pergi ke kuburan, atau kebetulan melihat acara
pemakaman lihatlah dan ikuti dengan seksama. Tetapi mengapa? Bukankah ini,
kurang kerjaan! Malah meurunkan spirit hidup. Menurut saya tidaklah demikian,
coba sekedar iseng Anda bertanya kepada diri Anda sendiri, sebelum mati apa
yang sudah kita lakukan, apakah kita hanya sekedar hidup saja, tidak membuat
hidup ini lebih berarti, yang bisa dikenang banyak orang sepanjang masa, dan
warisan karya kita bisa dinikmati banyak orang.
Banyak tokoh yang
setelah divonis mati, melakukan hal – hal besar yang berguna dan dikenang
sepanjang masa. Cobalah berandai – andai kita ”divonis mati” lalu apa
yang kita lakukan, tentunya banyak yang akan kita lakukan, termasuk melakukan
hal – hal yang bermakna.
Steve Job, pendiri
Aplle dan Pixar, pun mengakui salah satu keberhasilannya dalam karier hidupnya
adalah menggunakan metode “divonis mati”. Katika dia berumur 17 tahun,
dia membaca ungkapanyang kurang lebih berbunyi: “Bila kamu menjalani seolah – olah hari itu adalah hari terakhirmu,
maka suatu hari kamu akan benar”. Ungkapan itu selalu membekas dalam diri
Steve Job.
Suatu ketika saya
bertemu dengan bekas anak buah, usia lebih tua dari saya. Profesinya sekarang
sebagai Penggali Kubur. Saya terkejut, kemana bapak memilih profesi ini, dia
jawab enteng supaya kita selalu tetap hidup dan selalu mengingat mati. Itu
tetap hidup selalu ingatlah mati, dan untuk hidup janganlah sekedar hidup,
jadikan hidup ini berarti. Untuk hidup lebih berarti kita action,
kontribusi hidup yang selalu dikenang dan sangat berperan dalam kehidupan
banyak orang. Jadi bukan hanya sekedar kerja dan jangan mau hanya menjadi buruh
dalam kehidupan ini.
Ingatlah 5
perkara sebelum 5 perkara :
Sehat sebelum sakitmu,
Kaya sebelum miskinmu,
Muda
sebelum tuamu,
Lapang sebelum sempitmu,
dan Hidup sebelum matimu…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar