Oleh : Rahmat
Kebahagiaan adalah kondisi pikiran di
mana kebanyakan pikiran menyenangkan. Kebahagiaan adalah kebiasaan mental,
sikap mental, dan bisa dipelajari. Jika Anda ingin bahagia, Anda harus bahagia.
Bukan bahagia karena sesuatu.
"Kebanyakan orang itu menjadi
bahagia sejauh mereka putuskan sendiri bahwa mereka bahagia", kata Abraham
Lincoln.
Jadi kebahagiaan itu dihasilkan oleh
keputusan Anda, oleh ide-ide Anda, pikiran-pikiran Anda, dan sikap-sikap Anda,
bukan oleh suatu objek dan bukan pula oleh kondisi lingkungan Anda.
Sungguh rugi manusia yang bahagia
karena sesuatu yang diinginkannya tercapai, jika tidak, dia tidak akan bahagia.
Begitu juga, jika dia hanya bisa bahagia karena lingkungan yang bagus,
kebahagiaan dia akan terombang-ambing tergantung lingkungan. Sementara kita
tidak punya kuasa untuk mengubah lingkungan.
Anda tidak bisa menutupi alam semesta
agar tidak terlihat. Tetapi akan jauh lebih mudah menutup mata kita, dan alam
semesta langsung tidak terlihat. Anda akan lebih mudah menuntut pikiran Anda
untuk bahagia, ketimbang menuntut semua orang serta lingkungan Anda sesuai
dengan keinginan Anda.
Masalah juga bukan penyebab kita
tidak bahagia, karena jika demikian tidak akan orang yang bahagia. Tidak ada
orang yang bebas dari masalah. Masalah adalah teman hidup, setiap makhluk hidup
di dunia ini selalu memiliki masalah. Hewan memerlukan makanan, itu adalah
masalah. Hewan terancam pemangsa, itu juga masalah. Apalagi manusia yang
memiliki kehidupan sangat kompleks, wajar jika masalah selalu menyertai kita.
Anda gagal mencapai tujuan, itu bukan
karena sifat pribadi Anda. Anda masih memiliki kesempatan berhasil.
Berbahagialah karena Anda mendapatkan pelajaran. Anda tidak bisa mengubah
lingkungan, maka ubahlah sikap Anda menghadapi lingkungan. Dan masalah adalah
teman hidup Anda. Anda hanya tinggal menjalani hidup, dan berbahagialah.
Mungkin, kegagalan, masalah, dan lingkungan yang tidak menyenangkan adalah
sebagian dari skenario Alloh SWT dalam membina diri kita. Tentu saja jika kita
benar menyikapinya.
Kebahagiaan adalah bukanlah yang
terjadi pada Anda. Kebahagiaan adalah sesuatu yang Anda lakukan sendiri dan
Anda tentukan sendiri. Saya ulangi disini, bahwa kebahagiaan adalah kondisi
pikiran, oleh karena itu kita bisa menciptakan kebahagiaan kita sendiri sebab
kita bisa memilih pikiran- pikiran kita dan bahkan memilih citra diri kita.
Bagaimana cara memilih
pikiran-pikiran dan citra diri kita? Pernahkan Anda melihat ada seseorang akan
melakukan sesuatu hal yang besar, kemudian dia mengepalkan tangan sambil
berkata "Saya pasti bisa". Mungkin Anda telah melakukannya. Dengan
mengatakan "Saya pasti bisa" Anda sudah memilih pikiran Anda dan
citra diri Anda.
Pikiran Anda akan menangkap bahwa
Anda bisa melakukannya dan Anda juga sudah membentuk citra diri bahwa Anda
adalah tipe orang yang bisa melakukan sesuatu yang besar. Kini kita tinggal
mengembangkan teknik yang sederhana itu, untuk diterapkan lebih luas. Teknik
ini apa yang dikenal dengan afirmasi, penegasan, atau sugesti pribadi. Banyak
ahli motivasi yang menganjurkan teknik ini.
Teknik afirmasi
akan sangat mempengaruhi kita jika lebih sering melakukannya. Semakin sering akan semakin menjadi kebiasaan yang akan
tertanam atau melekat pada pikiran kita. Jika kita sudah terbiasa menggunakan
teknik afirmasi, maka hasilnya pun akan terbiasa ada pada diri kita.
Kebiasaan lain
yang perlu dikembangkan oleh Anda jika ingin tetap bahagia adalah kebiasaan
mengingat-ngingat hal yang menyenangkan, bisa berupa kejadian atau pencapaian
Anda masa lalu. Biasakanlah untuk selalu mengingat kebaikan atau hal- hal
menyenangkan yang ada pada diri orang-orang yang dekat dengan Anda, sehingga
setiap Anda bertemu dengan mereka, perasaan bahagia akan muncul.
Jadi jika Anda
ingin bahagia, Anda harus mengembangkan kebiasaan-kebiasaan melakukan afirmasi.
Setidaknya hanya mengucapkan hal-hal yang positif saja. Kemudian biasakanlah
untuk mengingat hal-hal yang baik dan menyenangkan baik pada diri Anda maupun
orang lain yang dekat dengan Anda.
Tahukah Anda, bahwa manusia terganggu
bukan oleh apa yang terjadi pada mereka, tetapi oleh opini mereka yang salah
tentang apa yang terjadi tersebut.
Contoh: Ayah saya menginginkan semua
anaknya sekolah yang tinggi. Lalu ada yang mengatakan bahwa karena ayah saya
tidak punya uang yang banyak maka mustahil bisa menyekolahkan anak-anaknya.
Ayah saya tidak memiliki uang itu adalah fakta, tetapi orang yang mengatakan
"mustahil bisa menyekolahkan anak-anaknya" itu hanya sebuah opini. Kenyataannya
opini tersebut salah.
Anda gagal melakukan suatu pekerjaan,
kemudian Anda berkata "Saya tidak mungkin bisa melakukan pekerjaan
ini" Adalah faktanya memang Anda gagal, tetapi kalimat yang berbunyi
"Saya tidak mungkin bisa melakukan pekerjaan ini", adalah opini Anda
sendiri. Mungkin salah mungkin benar.
"Bagaimana saya bisa bahagia
jika saya rugi 200 juta rupiah" Rugi 200 juta rupiah adalah fakta, tetapi
tidak mungkin bahagia adalah hanya opini saja.
Yang namanya opini, bisa salah atau
bisa benar. Tidak ada salahnya jika Anda menengok pendapat-pendapat Anda
sendiri saat ini. Telaahlah (Anda insya Allah bisa) apakah pendapat Anda itu
sebuah keyakinan, kepercayaan, atau hanya sebuah opini.
Jadi, jangan hiraukan opini negatif
Anda, bentuklah kebiasaan beraksi agresif dan positif terhadap ancaman,
masalah, dan kegagalan. Fokuskan diri Anda pada sasaran akhirnya, terlepas
apapun yang terjadi saat ini. Lakukan latihan ini pada masalah, ancaman, atau
kegagalan yang terjadi pada kehidupan sehari-hari. Anda juga bisa melatihnya
dalam imajinasi Anda, terhadap ancaman, masalah, kegagalan yang mungkin terjadi
dimasa mendatang. Meskipun hanya dalam imajinasi, insya Allah akan bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar