Saat ini, kaum muslimin
memperingati peristiwa Isra’ Mi’raj, 27 Rajab. Isra’ adalah diperjalankannya
Rasul shallallahu ‘alaihi
wa sallam di malam hari. Mi’raj adalah diangkatnya beliau ke
langit. Salah satu hadits yang membicarakan Isra’ Mi’raj adalah hadits berikut
ini.
Dari Sa’id bin Al
Musayyib, dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« حِينَ أُسْرِىَ بِى لَقِيتُ
مُوسَى – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – ». فَنَعَتَهُ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- «
فَإِذَا رَجُلٌ – حَسِبْتُهُ قَالَ – مُضْطَرِبٌ رَجِلُ الرَّأْسِ كَأَنَّهُ مِنْ
رِجَالِ شَنُوءَةَ – قَالَ – وَلَقِيتُ عِيسَى ». فَنَعَتَهُ النَّبِىُّ -صلى الله
عليه وسلم- « فَإِذَا رَبْعَةٌ أَحْمَرُ كَأَنَّمَا خَرَجَ مِنْ دِيمَاسٍ ».
- يَعْنِى حَمَّامًا – قَالَ
« وَرَأَيْتُ إِبْرَاهِيمَ – صَلَوَاتُ اللَّهِ عَلَيْهِ – وَأَنَا أَشْبَهُ
وَلَدِهِ بِهِ – قَالَ – فَأُتِيتُ بِإِنَاءَيْنِ فِى أَحَدِهِمَا لَبَنٌ وَفِى
الآخَرِ خَمْرٌ فَقِيلَ لِى خُذْ أَيَّهُمَا شِئْتَ. فَأَخَذْتُ اللَّبَنَ
فَشَرِبْتُهُ . فَقَالَ هُدِيتَ الْفِطْرَةَ أَوْ أَصَبْتَ الْفِطْرَةَ أَمَا
إِنَّكَ لَوْ أَخَذْتَ الْخَمْرَ غَوَتْ أُمَّتُكَ ».
“Ketika aku diisra’kan (diperjalankan), aku bertemu Musa ‘alaihis salam.” Lalu
Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam mensifatinya dengan mengatakan bahwa ia adalah pria yang
tidak gemuk yang berambut antara lurus dan keriting serta terlihat begitu
gagah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Aku pun bertemu ‘Isa.” Lalu beliau mensifati ‘Isa bahwa ia adalah pria yang
tidak terlalu tinggi, tidak terlalu pendek dan kulitnya kemerahan seakan baru
keluar dari kamar mandi.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Aku pun bertemu Ibrahim -shalawatullah
‘alaih- dan aku adalah keturunan Ibrahim yang paling mirip
dengannya. Aku pun datang dengan membawa dua wadah. Salah satunya berisi susu
dan yang lainnya khomr (arak). Lantas ada yang mengatakan padaku, “Ambillah
mana yang engkau suka.” Aku pun memilih susu, lalu aku meminumnya.” Ia pun
berkata, “Engkau benar-benar berada dalam fithrah. Seandainya
yang kau ambil adalah khomr, tentu umatmu pun akan ikut sesat.”
(HR. Muslim no. 168).
Hadits-hadits yang
membicarakan peristiwa Isra’ Mi’raj sudah dikumpulkan dalam satu buku dengan
judul Al Isra’ wal Mi’raj
oleh Syaikh Al Albani rahimahullah,
terbitan Al Maktabah Al Islamiyah, cetakan kelima, tahun 1421 H.
Beberapa faedah
dari hadits di atas:
1-
Hadits di atas menjelaskan pertemuan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
dengan Musa’, ‘Isa dan Ibrahim ketika peristiwa Isra’.
2-
Ciri-ciri ketiga Nabi tersebut telah
dijelaskan dalam hadits di atas. Dan menentukan ciri-ciri seperti ini mesti
dengan dalil karena kita tidaklah melihat mereka secara langsung sehingga
membuktikannya harus dengan berita dari Allah dan Rasul-Nya, yaitu dilihat dari
dalil Al Qur’an dan As Sunnah.
3-
Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
paling mirip dengan Nabi Ibrahim dibanding keturunan beliau lainnya.
4-
Susu lebih nikmat dari khomr (arak).
5-
Bahayanya meminum khomr, yaitu bisa
membuat sesat.
6-
Peristiwa Isra’ Mi’raj adalah peristiwa
besar di mana ketika itu Rasul kita -shallallahu
‘alaihi wa sallam- bertemu para nabi lainnya. Namun tidak ada bukti
yang menunjukkan peristiwa besar ini dirayakan oleh beliau sendiri dan para
sahabatnya. Sehingga bagi yang merayakannya, silakan datangkan bukti. Karena
agama bukan dengan logika atau seenaknya mengikuti hawa nafsu semata, tetapi
dibangun di atas dalil. Tidak pula agama ini dibangun atas perasaan dengan
mengatakan bahwa niatan kita baik.
Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah mengatakan,
”Telah diriwayatkan bahwa di bulan Rajab ada kejadian-kejadian yang luar biasa.
Namun sebenarnya riwayat tentang hal tersebut tidak ada satu pun yang shahih.
Ada riwayat yang menyebutkan bahwa beliau dilahirkan pada awal malam bulan
tersebut. Ada pula yang menyatakan bahwa beliau diutus pada 27 Rajab. Ada pula
yang mengatakan bahwa itu terjadi pada 25 Rajab. Namun itu semua tidaklah
shahih.”
Abu Syamah rahimahullah menyebutkan,
”Sebagian orang menceritakan bahwa Isra’ Mi’raj terjadi di bulan Rajab. Namun
para pakar Jarh wa Ta’dil
(pengkritik perawi hadits) menyatakan bahwa klaim tersebut adalah suatu
kedustaan.” (Al Bida’ Al
Hawliyah, hal. 274).
Abul ‘Abbas Ibnu Taimiyah
rahimahullah
menjelaksan, “Adapun melaksanakan perayaan tertentu selain dari hari raya yang
disyari’atkan (yaitu idul fithri dan idul adha, pen) seperti perayaan pada
sebagian malam dari bulan Rabi’ul Awwal (yang disebut dengan malam Maulid
Nabi), perayaan pada sebagian malam Rajab (perayaan Isra’ Mi’raj), hari ke-8
Dzulhijjah, awal Jum’at dari bulan Rajab atau perayaan hari ke-8 Syawal
-yang dinamakan orang yang sok pintar (alias bodoh) dengan Idul Abror (ketupat
lebaran)-; ini semua adalah bid’ah yang tidak dianjurkan oleh para salaf
(sahabat yang merupakan generasi terbaik umat ini) dan mereka juga tidak pernah
melaksanakannya.” (Majmu’
Fatawa, 25: 298).
قُلْ
هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika
kamu adalah orang yang benar” (QS. Al
Baqarah: 111).
Ketika menjelaskan tafsir
surat Al Ahqof ayat 11, Ibnu Katsir menyebutkan,
وأما أهل
السنة والجماعة فيقولون في كل فعل وقول لم يثبت عن الصحابة: هو بدعة؛ لأنه
لو كان خيرا لسبقونا إليه، لأنهم لم يتركوا خصلة من خصال الخير إلا وقد بادروا
إليها
“Adapun Ahlus Sunnah wal
Jama’ah, mereka mengatakan bahwa setiap amalan atau perbuatan yang tidak
dilakukan oleh para sahabat, maka itu adalah bid’ah. Karena “law
kaana khoiron lasabaquna ilaih”, yaitu seandainya amalan
tersebut baik, maka tentu para sahabat sudah lebih dahulu melakukannya. Karena
mereka -para sahabat- tidaklah meninggalkan suatu kebaikan pun kecuali mereka
lebih terdepan melakukannya.” (Tafsir
Al Qur’an Al ‘Azhim, karya Ibnu Katsir, terbitan Ibnul Jauzi 6:
622).
Semoga semakin
mencerahkan kita akan amalan yang sesuai tuntunan ataukah tidak. Hanya Allah
yang memberi taufik.
—
@ Pesantren Darush
Sholihin, Panggang-Gunungkidul, di pagi hari, Kamis, 27 Rajab 1434 H
Artikel Rumaysho.Com
Twitter @RumayshoCom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar